YANGON – Polisi Myanmar menahan dua warga Buddhis Nasionalis garis keras dan sedang melakukan pencarian beberapa lainnya setelah mereka bentrok dengan warga Muslim di Yangon.
Penahanan itu terjadi setelah para nasionalis yang dipimpin oleh Patriotic Monks Union (PMU) melakukan razia di sebuah flat di sebuah distrik yang banyak dihuni warga Muslim pada hari Selasa (9/5/), yang memancing percekcokan. Insiden itu baru berhenti setelah polisi memberikan tembakan peringatan.
Dua minggu sebelumnya, kedua orang yang sama juga telah memaksa penutupan dua sekolah Muslim di wilayah lain.
“Kami telah menahan dua orang sejak tadi malam, dan masih mencari sisanya,” kata Mayor Polisi Khin Maung Oo, Kepala Kantor Polisi di distrik Mingalar Taung Nyut, seperti dilansir dari Al-Jazeera, Sabtu (13/5).
Para aktivis PMU dalam kedua aksi tersebut menarget warga Muslim setelah mereka menghadiri proses pengadilan terhadap rekan sesama nasionalis yang dituduh memancing kekerasan dalam sebuah aksi demonstrasi di depan kedutaan Amerika Serikat tahun lalu.
“Kami tidak mau berkonfrontasi dengan para nasionalis, makanya kami membiarkan mereka menutup sekolah kami,” kata Tin Shwe, kepala sekolah Muslim yang ditutup tersebut, merujuk pada kejadian 28 April lalu.
Pada insiden Selasa lalu, kelompok itu kembali berulah dengan merazia sebuah gedung hunian di Yangon, pada saat hampir tengah malam. Mereka mengklaim beberapa warga Muslim Rohingya bermukim di sana secara illegal.
Penghuni lokal berkumpul di depan gedung dan menghadang mereka, sehingga memaksa polisi untuk membubarkan kerumunan itu.
Pemerintahan Myanmar yang dipimpin Aung Suu Kyi mendapat soroton karena bertindak ragu dalam meredam para nasionalis garis keras. Selain itu penanganannya terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya juga dipertanyakan oleh lembaga-lembaga internasional, yang menduga telah terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia.
Namun penahanan dua Buddhis Nasionalis ini dinilai sebagai langkah maju dari pemerintah, dalam upaya antisipasi akan potensi terjadinya bentrokan susulan di Yangon, yang populasi Muslimnya cukup banyak.
CJ: M. Gauzal Asnawi
EDITOR: Iwan Y