Untuk Majukan Pariwisata Sultra, Jadikan Wakatobi Sebagai Pintu Masuk
Wakatobi ditetapkan sebagai salah satu dari 10 destinasi wiasata unggulan Indonesia. Apa saja harapan dan yang akan dilakukan pemerintah?
KENDARI, SERUJI.CO.ID – Beruntung sekali Sulawesi Tenggara (Sultra). Salah satu daerah wisatanya –yang kerap disebut surga penyelaman dan dikunjungi banyak wisatawan mancanegara–, Wakatobi, kini ditetapkan menjadi bagian dari 10 destinasi unggulan Indonesia.
Bersama Danau Toba (Sumut), Tanjung Kelayang Pulau Lengkuas (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Pulau Seribu (DKI Jakarta), Borobudur (Jateng), Bromo (Jatim), Labuan Bajo (NTT), Mandalika (NTB), dan Morotai (Maluku Utara), Wakatobi diarahkan menjadi “pohon uang” yang rutin menghasilkan devisa dari sektor non migas.
Karena itu wajar jika beragam proyek nasional –yang berhubungan dengan usaha memajukan kepariwisataan Wakatobi– kini bermunculan di empat wilayah kepulauan Wakatobi; Wanci, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Salah satu proyek nasional yang sudah difungsikan antara lain Bandara Matahora di Wangi Wangi. Memiliki panjang landasan pacu 2000 meter. Tahun 2019 ini, bandara Matahora direncanakan naik pangkat menjadi bandara internasional. Panjang landasan pacu ditambah 500 meter, lebar 50 meter. Armada pesawat yang akan menerbangkan pelancong dari dan ke Wakatobi pun ditambah.
Lalu apa arti semua itu?
“Jelas, wisatawan akan semakin mudah melancong ke Wakatobi. Dan itu akan lebih bermakna, jika pemerintah menjadikan Wakatobi pintu masuk mengenali kepariwisataan Sultra,” ujar H Didien Junaedy, Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) saat dihubungi SERUJI pertelepon, Sabtu (5/1).
Apalagi hampir semua daerah di Sultra, lanjut Didien, sudah pula dilengkapi bandara.
Sementara menurut Andi Rahdiyanto, pengelola hotel dan restoran di Mandonga, Kendari, tepat sekali kalau menjadikan Wakatobi gerbang memasuki kepariwisataan Sulawesi Tenggara. Soalnya, kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sultra, Hugua, nama Wakatobi sudah sangat menjual ketimbang nama Kendari.
“Sebut saja nama Wakatobi, wisatawan pun bernafsu ingin melihat pesona bawah laut Wakatobi,” kata Hugua yang pernah 2 periode jadi Bupati Wakatobi.
Gubernur Sulawesi Tenggara H Ali Mazi tidak keberatan Wakatobi dijadikan pintu masuk kepariwisataan Sultra.
Ditemui SERUJI di Kendari, Ahad (6/1), Ali Mazi menilai Wakatobi bisa juga dijadikan area promosi kepariwisataan Sultra. Dengan cara itu, Gubernur menilai para pelancong akan memahami bahwa pesona wisata Sultra bukan Wakatobi saja, tetapi banyak lagi lainnya.
Di Muna misalnya, Gubernur dapát laporan bahwa daerah itu punya pantai Meurela yang pesonanya mirip kawasan wisata Raja Ampat di Papua Barat.
Di Konawe Kepulauan, seperti diutarakan Bupatinya, H Amrullah, juga ada Pantai Kampa yang pesonanya mirip Pantai Kuta di Bali.
Sementara di Kolaka ada Pantai yang unik yaitu pantai Tamborasi. Uniknya, kata beberapa warga Kendari yang pernah ke Pantai Tambotasi, karena di bagian pantai itu mengalir sungai terpendek di dunia. Air sungai itu pun sangat dingin sehingga pelancong bisa merasakan keistimewaanya, yaitu jika sedang mandi di pantai lalu merasakan tubuhnya seperti dialiri air es, berarti dia sedang berada di badan sungai Tamborasi. Bila merasakan air hangat dan asin berarti sedang mandi di perairan pantai Tamborasi.
Di Buton juga ada obyek wisata sejarah Keraton Murhum. Sementara di Kendari ada Pantai Toronipa. Pantai yang landai dan selalu ramai dikunjungi wisatawan itu kini sedang diberdayakan menjadi lokasi wisata keluarga, mirip kawasan wisata Ancol di Jakarta.
“Saya ingin pantai Toronipa menjadi ikon wisata bahari di Kendari. Pemprov Sultra tahun ini membangun jalan tol Kendari Toronipa,” lanjut Ali Mazi.
Lawyer kelahiran Buton yang pernah lama makan asam garam di Kota Gudeg Yogyakarta itu pun berharap kerjasama dengan kalangan pers. Dengan seringnya mempromosikan potensi wisata Sultra, gubernur berharap kepariwisataan di Sultra akan maju dan dikenal wisatawan. Bila itu terwujud dengan sendirinya pundi-pundi kas pendapatan asli daerah akan lancar mengalir seperti air.
“Makanya saya selalu ingatkan para pejabat terkait untuk rajin promosi kepariwisataan daerahnya. Lihatlah Bali. Brosur dan promosi pesona wisatanya bertebaran gratis di bandara Ngurah Rai demi menggaet wisatawan sebanyak banyaknya. Kita harus bisa begitu,” tukas gubernur Ali Mazi. (AH/Hrn)