MENU

Melihat “Warung Biyen”, Saksi Perjalanan Bangsa Sejak Tahun 1932

Kabupaten Malang memiliki kisah unik. Kali ini ada warung yang bertahan sejak tahun 1932. Saksi bisu sejarah bangsa dari jaman penjajahan Belanda hingga masuk era milenial.

SERUJI.CO.ID – Apabila anda sedang dalam perjalanan dari Malang ke Blitar, atau sebaliknya, tak ada salahnya mampir ke Warung Biyen yang berada di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.

Warung ini memiliki menu andalan nasi pecel, yang rasanya tetap bertahan dari tahun 1932. Dilansir dari laman ngalam.co, warung yang berdiri sejak tahun 1932 ini sempat mengalami pasang surut dari masa pemerintahan Belanda, Jepang, kemerdekaan RI, hingga masuk ke pemerintahan orde lama, orde baru dan berakhir di era reformasi.

Namun berkat kegigihan para pemiliknya, warung ini bisa bertahan di era milenial seperti sekarang. Lokasi warung ini terletak di Jalan Bendungan Lahor, RT 11 RW 02, Desa Karangkates, Kecamatan Sumber Pucung dan buka setiap hari sejak pukul 07.30 hingga 14.00 WIB.

Kini Warung Biyen dikelola oleh ibu Umi Kulsum dan bapak Tukimun, yang merupakan generasi keempat penerus usaha keluarga ini. Sebelumnya, di generasi ketiga, Warung Biyen dikelola oleh saudara ibu Umi Kulsum yaitu ibu Sumiati, yang mana meninggal dunia akibat kecelakaan.

- Advertisement -

Pasangan suami istri ini mengelola warung sejak tahun 2006. Saat itu, pak Tukimun menjabat sebagai Kepala Desa (Kades) Karangkates dengan masa jabatan 2003 – 2013. Oleh karena itu, tak heran jika pelanggan yang datang tak hanya orang yang sekedar melintas, tetapi juga pejabat desa setempat.

Lalu, siapakah pendiri Warung Biyen yang legendaris ini?

Mbok Kembar adalah pendiri warung ini sejak tahun 1932. Menu andalan yang dijual adalah nasi pecel Mbok Kembar, yang bertahan hingga sekarang. Ada juga aneka minuman segar seperti es dawet. Tak hanya itu, Mbok Kembar juga menjual aneka gorengan seperti rondo royal, kojor dan juga pisang goreng

- Advertisement -

Setelah bertahan selama 30 tahun, Mbok Kembar memutuskan untuk pensiun dan mewariskan usaha ini kepada anaknya, Ibu Ngatirah. Ia mewarisi usaha ibunya sejak tahun 1962 dan bertahan selama 29 tahun. Hingga akhirnya, awal tahun 1991, usaha ini dipegang oleh ibu Sumiati.

Di era ibu Sumiati, variasi menu mulai banyak bermunculan seperti aneka olahan ikan dan udang, pelasan ikan, rawon, soto, urap-urap, lodeh dan nasi campur. Menu-menu tersebut merupakan menu tradisional yang sedang hits pada masanya.

Di tahun 2005, ibu Sumiati meninggal dunia akibat kecelakaan. Praktis, warung ini sempat tak berfungsi sementara, hingga akhirnya sang adik ibu Umi Kulsum yang meneruskan kejayaan Warung Biyen ini. (Nia)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

TERPOPULER

TERBARU