SURABAYA – Yai Hasyim, Panggilan akrab KH. Hasyim Muzadi dikalangan Nahdliyin biasa dipanggil, adalah sosok yang sangat inspiratif. Bagaimana tidak, berawal dari jadi pengurus Ranting (setingkat kelurahan/desa) kelak, beliau sukses merengkuh posisi puncak tertinggi di ormas keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama sebagai Ketua Umum Tanfidliyah PBNU selama dua periode berturut-turut.
Sosok kelahiran Tuban ini juga sempat aktif di sejumlah Banom (Badan Otonom) di lingkungan NU mulai dari IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) sampai di GP ANSOR, juga PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Beliau juga sempat menjadi Anggota DPRD Jawa Timur dari Partai Persatuan Pembangunan dimasa Orde Baru.
Tokoh berperawakan lembut ini terpilih sebagai Ketua Umum PBNU di MUKTAMAR NU Tahun 1999 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Dan beliau salah satu Ketua Umum PBNU yang tidak berasal dari ‘darah biru’ dalam lingkungan NU. Biasanya Ketua Umum PBNU masih dialiri ‘darah biru’ (keturunan ulama besar), sedangkan Yai Hasyim lahir dari Keluarga Biasa.
Masa periode kepemimpinan Yai Hasyim sebagai Ketua Umum PBNU tergolong spesial, karena dimasa itu kursi Presiden Negara Republik Indonesia juga sedang diduduki oleh mantan Ketua Umum PBNU, KH. Abdurrahman Wahid, yang beliau gantikan. Bisa dibayangkan bagaimana dinamika dan tantangan memimpin ormas NU waktu itu, terlebih didetik-detik akhir penyelenggaraan Sidang Istimewa MPR-RI yang berujung pelengseran Presiden. Yai Hasyim tetap berdiri ditengah-tengah ummat dan tak terseret arus konflik kepentingan sesaat.
Setelah tak lagi menjadi ketua Umum PBNU, aktifitas dakwah dan ke-ummatan terus dilakukan oleh beliau. Yai Hasyim juga sangat dekat dengan berbagai kalangan, lintas agama, lintas mahzab, lintas golongan dan ormas, bahkan beliau dipercaya sebagai Presiden WCRP (World Conference On Religius For Peace) sekaligus Sekjend ICIS (International Conference For Islamic Scholars) yang mengampanyekan kedamaian, dan menegaskan pada dunia international bahwa Islam adalah rahmatan lil’alamiin.
Tentunya kita semua masih teringat dengan sangat jelas atas peristiwa heroik dan momen yang sangat luar biasa pada hari Jum’at tanggal 2 Desember 2016. Peristiwa yang lebih dikenal dengan #Aksi212 itu oleh Yai Hasyim dinilai sebagai Peristiwa Badar.
“Saya menduga 212 dihadiri kalangan malaikat. Buktinya, minta teduh diberi teduh, minta hujan diberi hujan, 7 juta lebih kumpul dan bubar tanpa musibah,” ucap beliau di sebuah acara Maulidan di Malang.
Selamat Jalan Yai Hasyim.
Semoga tempat terbaik sudah dipersiapkan oleh Allah SWT Sang Penguasa Alam. Jejak dan petuahmu selalu menjadi inspirasi bagi kami, anak negeri. Al Fatihah. (Abdul Kholik)
EDITOR: Iwan Y
selamat jalan yi
Husnul Khotimah, Amiiin
Beliau Ulama yg Lurus..