ROMA, SERUJI.CO.ID – Film dokumenter “Da’wah” yang bercerita tentang keseharian di lingkungan pesantren, diputar sebagai tayangan khusus pada festival film internasional terbesar di Roma, Festival del Cinema.
Studio berkapasitas lebih dari 300 orang di kawasan pertunjukan seni terkemuka kota Roma, Auditorium Parco della Musica, dipadati penonton saat “Da’wah” ditayangkan, Sabtu (4/11).
Tak hanya itu, tepuk tangan meriah pun membahana panjang begitu film selesai, demikian Sekretaris Kedua Pensosbud KBRI Roma Aisyah M Allamanda di London, Ahad (5/11).
Dikatakannya animo masyarakat terhadap film ini dipandang cukup mengejutkan. Sejak sehari sebelumnya, tiket pertunjukan yang juga dijual online telah habis. Masuk dalam kategori “special event”, berbagai judul film lainnya dalam kategori yang sama tidak memperoleh sambutan positif sedemikian tingginya.
Duta Besar RI untuk Italia, Esti Andayani mengatakan, minat publik Italia terhadap film ini sepertinya mencerminkan semakin meningkatnya keingintahuan masyarakat setempat atas bagaimana sesungguhnya Islam ala Indonesia.
“Pemerintah Italia dewasa ini menyatakan ingin mengintensifkan kerja sama dialog lintas keyakinan dengan Indonesia, yang dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, dipandang mampu menjadi contoh integrasi bangsa yang majemuk dan demokratis,” ujar Esti.
Disutradai pembuat film kawakan Italia, Italo Spinelli, Da’wah mengambil lokasi pengambilan gambar Pesantren Dalwa di Pasuruan, Jawa Timur. Selama sembilan hari penuh, Spinelli mengikuti seluruh kegiatan siswa pesantren termasuk hingga setelah proses belajar-mengajar selesai dilaksanakan.
“Saya belajar banyak selama proses pembuatan film ini. Berbeda dari persepsi sebagian orang terhadap Islam, pengajaran agama yang diberikan kepada para murid justru tidak mendukung adanya tindak kekerasan,” katanya.
Para guru di pesantren tersebut justru menekankan pentingnya berbagi kebahagiaan dan kasih sayang kepada sekitarnya.
“Konsep penting yang ditemukan bahwa jihad yang sesungguhnya adalah perlawanan terhadap emosi diri sendiri, bukan musuh dari luar,” jawab Spinelli ketika ditanya hal apa yang menarik selama menyutradarai film ini.
Ide pembuatan film dokumenter ini muncul saat Spinelli berkunjung ke Indonesia untuk membuat film lainnya beberapa tahun lalu. Spinelli, yang juga direktur festival film Asia terbesar di Roma, Asiatica Film Festival, menggalang kerja sama dengan duet produser eksekutif Sapta Nirwandar dan Irsyad Yusuf serta produser Budiarman Bahar guna mewujudkannya. Pembuatan film juga didukung Pemerintah Daerah Pasuruan.
Pemutaran Da’wah pada Festival del Cinema di Roma merupakan penayangannya yang perdana untuk publik. Setelah melalui evaluasi, Da’wah dinilai Panitia Festival baik dari segi sinematografi sekaligus narasi cerita.
Maestro film dunia peraih piala Oscar, Bernardo Bertolucci, yang hadir memberikan sambutan pengantar sesaat sebelum film ditayangkan, menyatakan kekagumannya terhadap kepiawaian Spinelli bercerita dalam film ini sehingga mampu memberikan gambaran realita kehidupan madrasah di Indonesia.
Pujian dan apresiasi dilayangkan penonton yang hadir. Damiano Caforio, warga Roma, menyatakan film ini seakan `menampar’ mereka yang memiliki pemikiran bahwa setiap sekolah Islam mengajarkan kekerasan dan intoleransi.
Sementara itu, seorang penonton yang berasal dari luar Italia menyatakan keterkejutannya bahwa ajaran sekolah Islam di Indonesia sangat berbeda dari apa yang pernah dilihatnya di negara Islam lain. Film ini dipandang sangat relevan dengan situasi sosial di Italia dan Eropa saat ini. Isu integrasi sosial, khususnya dengan pemeluk agama Islam, memang tengah mengemuka di Italia.
Dengan angka penerimaan pengungsi dan pencari suaka tertinggi di Uni Eropa, Pemerintah Italia memandang penting adanya proses asimilasi sosial budaya antara kaum migran dengan penduduk setempat. Saat ini, meski belum diakui sebagai salah satu agama resmi, Islam merupakan agama dengan jumlah penganut terbesar kedua di Italia. (Ant/SU02)