Dari cerita pasien, yang saya coba untuk menggalinya, pasien ternyata sudah mengidap penyakit Diabetes Mellitus sejak usia 22 tahun. Beberapa tahun kemudian juga menderita tekanan darah tinggi. Dalam 2-3 tahun terakhir diketahui fungsi ginjal pun sudah mulai terganggu, dan dalam satu bulan ini, pasien sudah harus mendapatkan terapi pengganti, hemodialisa karena pasien mengalami anuria, kelebihan cairan, edema paru, hiperkalemia, dengan ureum, kreatinin darah yang sangat tinggi, dan perkiraaan gangguan filtrasi ginjal stadium lanjut, serta gejala klinis yang juga berat seperti sesak nafas, lemas, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, sakit kepala dan sebagainya.
Penulusuran lebih lanjut pada pasien, mengapa pasien sudah mengalami diabetes melitus pada usia yang masih sangat muda, kelihatannya ada kaitannya dengan obesitàs yang disandangnya sejak usia remaja. Saya gemuk sekali dulu dokter, tapi baru sekarang saya menyadari bahwa gemuk itu tidak sehat, ungkap pasien.
Dan, bahkan menurut suaminya,setelah didiagnosis sebagai penyandang diabetes-pun, istrinya sangat sulit menjalani diet dan olahraga. Istri saya bandel dokter, tidak mau dinasehati, karena dia selalu merasa tidak apa-apa, tidak ada keluhan, dan berobatpun tidak teratur, kata suaminya sembari tetap memengang pundak istrinya.
Jadi, kalau melihat riwayat penyakit pasien, obesitàs yang kemudian diikuti dengan Diabetes Mellitus, hipertensi, kemungkinan besar adalah penyebab atau faktor risiko utama penyakit ginjal kronis yang dialami Ibu muda ini. Seperti diketahui obesitas juga sebagai faktor risiko penting diabetes mellitus type 2, dan hipertensi. Bahkan, menurut penelitian, obesitas sendiri, terlepas dari hipertensi dan diabetes dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis sebesar tiga kali lipat.
Artinya, andaikan anda tidak mengalami hipertensi dan Diabetes Mellitus, tapi anda obes, maka risiko anda menderita penyakit ginjal kronis tiga kali lebih besar dari mereka yang berat badannya normal ( BMI-nya normal). (Hrn)