SERUJI.CO.ID –Â Suatu pagi di Rumah Sakit tempat saya praktek, waktu menuju ruang periksa saya lihat beberapa pasien sudah duduk menunggu. Di antara pasien-pasien itu saya lihat seorang wanita, masih muda, duduk dengan wajah agak pucat dan nafasnya kelihatan agak sesak. Melihat pasien ini, kepada perawat yang mendampingi saya saat itu saya minta untuk memanggilnya lebih dahulu.
Dalam anamnesis setelah pasien masuk kamar periksa, Ibu satu anak yang ternyata baru berusia 32 tahun ini mengeluh sesak nafas, lemas, mual, sakit kepala dan tidak ada nafsu makan.
Dengan terbata-bata pasien mencoba menjawab setiap pertanyaan yang saya ajukan kepada pasien. Melihat ini, tiba-tiba suami yang mendampinginya menyela, istri saya barusan cuci darah dua hari yang lalu dokter, besok harusnya waktunya untuk cuci lagi, tapi istri saya mengeluh sesak sekali, cerita suaminya sambil memegang pundak istrinya.
Nah, singkat cerita pasien ternyata sudah menjalani cuci darah atau istilah kerennya hemodialisa dalam dua minggu terakhir, dua kali dalam seminggu. Hanya saja sebelum jadwal hemodialisa yang direncanakan, seperti disinggung di atas, pasien mengeluh sesak nafas.
Menurut pasien, sesak sekarang ini sama dengan keluhan waktu mau hemodialisa pertamakalinya. Dan setelah menjalani Hemodialisa keluhan jauh berkurang.
Melihat keadaan pasien dalam hati saya bergumam, kasihan, masih mudah sudah harus mengalami hemodialisa. Walaupun ini bukan untuk pertama kalinya saya punya pasien hemodialisa dengan usia yang relatif masih muda. Usia jauh lebih muda daripada pasien ini juga pernah ada.