Pengaruh pemikiran dunia itu seperti agama-agama yang bebas datang, eksis atau lenyap karena tanah endemisnya berubah kering tak memungkinkannya hidup. Pemikiran pun tak akan pernah bisa dibunuh, kecuali dengan meniadakan manusia pemikirnya. Manusia bisa ditindas sedemikian rupa, tetapi tak pernah bisa benar-benar ditiadakan. Semua isme akan tumbuh di tanah subur yang memungkinkannya, saat ketidakadilan berkuasa, saat kemaksiatan merajalela, serta saat ketidaksetaraan manusia merajalela. Di saat itulah, pemikiran-pemikiran itu akan mencari pengikut sebanyak-banyaknya.
Pemikiran dunia akan selalu datang dan pergi di tanah kepulauan yang membentang luas ini. Kedewasaan jiwa penduduknya yang sangat diharapkan. Bahwa isme-isme itu seharusnya untuk mensejahterakan rakyat Nusantara, dan tidak berhenti hanya menjadi proxy bagi peradaban lain. Isme-isme yang diserap penduduk Nusantara selayaknya menjadi penyuara kepentingan bangsa Nusantara, jika para pengusungnya sadar akan bakti kepada Ibu Pertiwi. Sebagai kompromi, seharusnya Pancasila menjadi payung besar bangsa Nusantara, bukan alat pemukul pemegang tafsir tunggal dengan alat kekuasaan negara seperti di orde-orde sebelumnya.
@@@
Penghisapan kekayaan alam oleh bangsa kuat, penindasan terhadap muslim minoritas, dan terus berlangsungnya penjajahan di Palestina dengan dukungan buta negara Adikuasa membuat beberapa muslim tertekan. Tekanan politik terus-terusan, akan menyebabkan perlawanan yang juga bernuansa politik seperti perjuangan bangsa Asia Afrika untuk merebut kemerdekaan mereka. Negara-negara kuat merasa resah dengan munculnya ide kesatuan politik umat islam di seluruh dunia, dari Maroko sampai Merauke. Kesatuan politik itu menawarkan solusi berbagai masalah umat yang berpuluh tahun menjadi anak ayam kehilangan induknya.
Muslim tidaklah identik dengan Arab, seperti dipahami selama ini. Jumlah muslim di dunia meningkat pesat dalam 50 tahun terakhir, yakni sebesar 235 persen, jauh melebihi peningkatan pemeluk agama lain. Survey oleh Pew Research Forum menjelaskan Islam saat ini berjumlah 1,57 milyar atau 23 persen penduduk dunia, dan lebih dari 60 persen terdapat di Asia Pasifik. Di dunia, islam adalah agama dengan perkembangan paling cepat. Di Eropa Barat, islam diproyeksikan akan menjadi mayoritas dalam 50 tahun kedepan, karena imigrasi dari negara-negara bekas jajahan, tingkat konversi agama ke islam yang tinggi dan tingkat kelahiran yang jauh lebih tinggi dibandingkan penduduk setempat. Nama Muhammad adalah nama terpopuler di Inggris menyaingi nama tradisional seperti Herry. Islamic invasion menjadi isu panas di Dunia Barat, dan seakan menjadi penggenap nubuat Nabi Muhammad SAW tentang Romawi yang akan dikuasai tidak dengan pedang, namun dengan penyebaran pengetahuan.
Di Asia Tenggara terdapat kaum minoritas yang tertindas seperti di Thailand Selatan, Philipina Selatan, atau Muslim Rohingya serta minoritas lainnya. Muslim yang terkotak-kotak menjadi negara bangsa mengakibatkan mereka tidak saling mendukung. Muslim Asia Tenggara adalah kasatuan umat di masa lampau, menjadi lemah dan mudah dijajah. Setiap sistem nilai akan membuat mekanismenya sendiri untuk mempertahankan komunitasnya. Di negeri liberal dan agnostik Eropa, pertumbuhan muslim yang cepat dianggap sebagai ancaman. Respon intoleran oleh beberapa gerakan cauvinistik ditunjukkan dengan pelarangan pendirian menara masjid, menganggap hijab dianggap bukan HAM dan telah lama melarang suara azan.
Sementara OKI atau OIC sebagai model ‘ukkuwah islamiah” hanya menjadi “O I See” belaka, negeri-negeri Eropa telah bergabung dalam pemerintahan kolektif bernama Uni Eropa. Globalisasi yang tak bisa ditahan, bagaimanapun menciptakan pertemuan ide dan pemikiran dari berbagai belahan dunia. Dunia sudah tak bersekat lagi. Citizen jurnalism, sosial media telah menyebabkan manusia saling terhubung, membentuk komunitas-komunitas yang sulit dikontrol oleh alat-alat negara. Negara bangsa memperoleh tekanan terbesar sejak ide itu terbentuk pasca era perang dunia kedua, yang membuat bangsa-bangsa yang tak kompak bisa hancur seperti Yugoslavia.
Dalam kebhinekaan, realitasnya Nusantara adalah negeri dimana sembilan dari sepuluh penduduknya adalah muslim. Islam menjadi faktor pemersatu negeri kepulauan ini. Menurut statistik pertumbuhan masjid adalah paling rendah dibandingkan rumah ibadah agama lainnya, sehingga menancapkan stempel Nusantara sebagai negeri intoleran karena beberapa kasus hukum pendirian tempat ibadah akan menyebabkan tekanan yang berlebihan. Kaum liberal boleh mengendalikan media massa, namun menyudutkan orang yang telah berada di sudut hanya akan menyulut perlawanan. Efek yang dihasilkan dari tekanan seperti itu akan jauh dari perkiraan semula, seperti perlawanan arek-arek Surabaya yang merasa terhina karena dipaksa menyerah oleh pasukan Inggris setelah menikmati kemerdekaan.
Zun Tsu dua milenium yang lalu mengatakan, untuk menguasai suatu Negeri perlu dibuat kekacauan dari dalam, kemudian setelah lemah baru dikirim pasukan sebagai pemadam kebakaran. Maka pasukan itu akan dikenal sebagai pendamai, bukan penjajah. Negara-negara kuat seperti sedang melakukan apa yang pernah disarankan ahli strategi militer China kuno ini. Mengirimkan agen-agen untuk membuat kekacauan, termasuk melalui perang wacana dan kemudian masuk seolah-olah sebagai kekuatan pendamai. Mereka tampil bak seorang pahlawan, termasuk mengadvokasi kasus-kasus sparatisme, dan tak menutup kemungkinan akan masuk secara militer sebagai peacekeeping force, padahal berkepentingan untuk menyedot kekayaan alam sebagai tujuan utama.
@@@