MENU

Tawadhu-lah Sukmawati

Oleh: Arnaz Firman

Bertawadhu-lah

Semua orang Indonesia terutama ummat Islam pasti tahu bahwa Bung Karno dan Ibu Fatmawati mempunyai latar belakang keluarga dari Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi terkemuka di Tanah Air. Muhammadiyah dari dahulu hingga detik ini dikenal sebagai wadah ummat Islam yang moderat.

Tapi kok kini muncul ucapan Sukmawati yang begitu menyinggung ummat Islam? Boleh saja Sukma dalam puisinya menyebut dirinya tidak memahami Syariah atau hukum Islam. Akan tetapi sebodoh- bodohnya, seorang Muslim atau Muslimah, pasti tidak akan berani membandingkan konde atau kidung dengan hal-hal yang menjadi prinsip mendasar ummat Islam.

Karena Sukmawati mengaku bahwa dirinya tak mengerti Syariah Islam, maka orang tentu akan berkesimpulan bahwa dirinya adalah seorang Muslimah apalagi bapak ibunya merupakan Muslim dan Muslimah. Karena itu orang mempunyai hak untuk bertanya apakah Sukma itu melakukan sholat minimal lima kali sehari? Bangsa Indonesia kini sedang berada pada tahun-tahun politik karena 2018 akan berlangsung Pemilihan Kepala Daerah Serentak di 171 daerah yang akan disusul dengan pemilihan anggota legislatif hingga presiden serta wakil presiden.

Tidak sadarkah Sukma bahwa seorang keponakan perempuannya sedang berjuang untuk menjadi Wakil Gubernur Jawa Timur, sebuah provinsi yang amat kental dikenal sebagai salah satu pusat partai- partai politik berazaskan Islam terutama dari kalangan nahdliyin? Kalau ada orang-orang yang “iseng” untuk memanfaatkan kebodohan Sukma untuk menggagalkan pemilihan kemenakan perempuannya itu, sudah siapkah dia? Selain itu, jika seorang seniman, budayawati disebut-sebut berhak bebas mengeluarkan pikiran atau mengekspresikan pikirannya, maka apakah berarti dia bebas seenak perutnya ngomong apa pun juga termasuk yang menyangkut prinsip- prinsip dasar sebuah agama apakah Islam, Katolik, Budha, ataupun Hindu? Sejak era reformasi bergulir tahun 1998, rasanya sampai detik ini seorang warga negara Indonesia berhak bebas mengeluarkan omongan, ucapan apa pun juga termasuk kebebasan pers.

Namun apakah siapa pun juga boleh berbicara apa pun juga dengan tidak memedulikan agama baik agama lain maupun agamanya sendiri? Orang-orang Islam yang sudah remaja apalagi yang dewasa baik lelaki maupun perempuan tentu mengenal kata tawadhu yang artinya rendah hati. Artinya baik Muslim maupun Muslimah harus belajar terus bersikap rendah hati, sehingga tidak terbiasa menonjolkan diri sebagai orang kaya, tokoh masyarakat atau alim ulama, akademisi apalagi keturunan Proklamator yang pasti terus dikenang sampai kiamat datang.

Rakyat Indonesia kini jumlahnya sekitar 260 juta jiwa yang sebagian hidupnya masih kembang-kempis, yang harus membanting tulang mencari uang untuk menafkahi kelurganya. Sukmawati pasti tidak termasuk orang yang berpeluh keringat agar bisa makan tiga kali sehari.

Karena itu, tidaklah salah jika orang-orang Indonesia berhak minta Sukmawati untuk bertawadhu yaitu menjadi warga negara yang selalu rendah hati dan tidak menyombongkan diri hanya karena mentang- mentang dirinya merupakan keturunan Proklamator Bung Karno dan Ibu Fatmawati.

Begitu sulitkah atau susahkah memenuhi permintaan ummat Islam ini? (Ant/SU02)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER