MENU

Dolar Kembali Menguat, Meski Ekspektasi Investor Meningkat

JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Nilai tukar dolar AS kembali menguat terhadap mata uang utama lainnya di pembukaan perdagangan Asia pada Senin (14/1) pagi, meskipun ekspektasi investor meningkat bahwa Federal Reserve (Fed) tidak akan menaikkan suku bunga tahun ini, yang kemungkinan besar akan membatasi kenaikan greenback.

Dolar Australia dan dolar Selandia Baru mulai alami pelemahan terhadap dolar AS pada awal perdagangan Asia, masing-masing turun 0,2 persen dan 0,1 persen.

Kedua mata uang itu telah naik sekitar 1,5 persen terhadap dolar AS pekan lalu, karena sentimen risiko membaik di tengah harapan kesepakatan perdagangan AS-China dan stimulus yang lebih agresif dari para pembuat kebijakan China untuk mendukung ekonominya yang sedang sakit.

“Mengingat dukungan yang kami lihat dalam mata uang komoditas, masuk akal untuk melihat aksi ambil untung. Saya perkirakan tren kenaikan akan segera dilanjutkan,” kata Kepala Strategi Pasar CMC Markets, Michael McCarthy, sebagaimana dilansir Reuters.

Baca juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp14.064 per Dolar AS

Dolar AS turun 1,5 persen versus yuan di pasar luar negeri pekan lalu, penurunan mingguan tertajam sejak Januari 2017 karena kekhawatiran investor tentang perlambatan tajam di ekonomi terbesar kedua di dunia itu agak berkurang.

“Saya perkirakan yuan akan semakin menguat. Pasar telah melebih-lebihkan tingkat perlambatan di Tiongkok,” kata McCarthy.

Indeks dolar AS berada di 95,68, sedikit lebih tinggi di awal perdagangan Asia.

Setelah gemerlap pada 2018, di mana greenback naik 4,3 persen karena kenaikan suku bunga bank sentral AS empat kali, investor sekarang memperkirakan The Fed akan menghentikan kebijakan pengetatan moneternya.

Pelaku pasar berpikir bahwa kekhawatiran perlambatan pertumbuhan domestik dan global serta inflasi AS yang jinak, akan membuat pembuat kebijakan The Fed ragu-ragu untuk menaikkan biaya pinjaman di ekonomi terbesar di dunia itu.

Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan kembali pekan lalu bahwa bank sentral AS memiliki kemampuan untuk bersabar pada kebijakan moneternya mengingat inflasi tetap stabil.

Data pada Jumat (11/1) menunjukkan bahwa harga-harga konsumen AS pada Desember turun untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan pada Desember. (Ant/SU05)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER