KENDARI, SERUJI.CO.ID – Kawasan pusat promosi dan informasi daerah (P2ID) Sulawesi Tenggara (Sultra) yang terletak di jalan Budi Utomo, Kendari makin memprihatinkan dan terlantar. Diperkirakan megaproyek berbiaya APBD dan APBN itu sudah lebih 15 tahun diterlantarkan. Akibatnya, sering kawasan itu dijadikan pasar gelap narkoba dan lokasi prostitusi.
Masyarakat sekitar Mesjid Jalan Budi Utomo menginformasikan sudah sering meminta aparat terkait menertibkan kawasan itu. Terutama jika malam Minggu daerah itu dikunjungi banyak mobil yang dimuati pasangan mesum.
“Tapi permintaan kami sudah sering diabaikan. Kami jadi kuatir daerah itu akan jadi sumber bencana karena praktek prostitusi yang makin menjadi,” ujar seorang santri dari sekitar Mesjid.
Berdasarkan informasi yang diperoleh SERUJI, proyek P2ID yang terlantar itu awalnya adalah proyek idealis gubernur Sultra Laode Kaimoeddin.
“Dia ingin Sultra punya lokasi strategis untuk pusat hiburan, pameran potensi daeran dan pertunjukan seni budaya. Maka dibangunlah kawasan itu pada 1994 dan 1996 sudah difungsikan,” ujar seorang pejabat di Kota Kendari yang enggan disebut namanya kepada SERUJI, di Kendari, Selasa malam (15/1).
Menggunakan dana APBD empat kabupaten yang ada di Sultra pada 1995, yakni Kolaka, Buton, Kendari dan Muna dibangunlah rumah adat khas di kawasan tersebut. Masing masing rumah adat menelan anggaran Rp1,2 Miliar. Khusus rumah adat Muna memakan anggaran Rp1,5 Miliar.
Selain itu dibangun pula ruang promosi untuk daerah Kolaka, Buton, Kendari dan Muna. Tetapi semua bangunan itu hanya dipakai beberapa tahun saja kemudian diterlantarkan sampai sekarang.
SERUJI ketika melihat dari dekat kawasan itu kemarin mendapati 4 ruang promosi kini tinggal kerangka saja. Rumah adat yang mewah juga sudah rusak parah. Pagarnya hancur. Seluruh kerangka atap dipenuhi rayap dan di sekeliling bangunan ditumbuhi rumput yang tinggi.
Luas kawasan itu totalnya mencapai 35 hektar. Sebagian lahan kini diperebutkan warga. Ada yang memanfaatkan sebagai kebun dan di halaman depan dekat pintu gerbang malah dijadikan terminal bisnis galian C, khususnya pasir bangunan.
“Kami memanfaatkan jadi kebun karena ini lahan peninggalan keluarga yang belum dibereskan ganti ruginya sampai sekarang,” ujar seorang penggarap lahan kawasan P2ID.
Gubernur Sultra H Ali Mazi yang dihubungi Selasa malam (15/1) mengaku prihatin dan menyayangkan kawasan itu tidak diurus sehingga terlantar. “Saya sudah minta wagub menginventarisir kawasan itu,” kata Gubernur.
Wagub Sultra H Lukman Abunawas juga membenarkan kawasan P2ID Sultra kondisinya sekarang memprihatinkan. Tapi kawasan tersebut adalah aset daerah sehingga harus diselamatkan.
Berkait dengan itu, Wagub menegaskan Pemprov Sultra akan menata ulang dan menghidupkan lagi kawasan itu. Pemprov Sultra, kata wagub lagi, akan mendirikan beberaoa bangunan baru diantaranya untuk kantor ormas Islam. (AH/Hrn)
Yg menjadi masalah adalah adanya perasaan malu/gengsi dr pejabat berikutnya untuk menindaklajuti /memanfaatkan pembangunan sebelumnya, bgmn ?
Aman mi kh status tanahnya itu ?
AMAN TIDAKNYA ITU PEMERINTAH PUNYA URUSAN
Iya urusan pemerintah bukan urusan sya. Hehe
Tpi sy warga yg tinggal di sekitaran P2ID setau sy status tanahnya bermasalah jdi fungsi asli sebagai Tempat Hiburan Rakyat dan ajang promosi masyarakan di hentikan sampai sekarang jdi bangunan mangrak.
Sebagae orang Jawa saya prihatin dengan p2id.. Karena p2id Adalah mascot kota kendari
.
Eksekutif dan Legislatif perlu duduk bersama utk menindak lanjutix agar P2ID punya asas mamfaat buat masyarakat SulTra khususx
Sebaiknya P2ID dimanfaatkan sesuai tujuan semula u pameran ,tugu persatuan sebaiknya dijadikan taman yang brrsih dan asri bukan t4 berjualan dan pagar dikembalikan seperti semula
Benyamin Hanif Mudhir itu yang betul om