Bani Israil, atau disebut anak keturunan Israil, adalah suku yang diberi nikmat oleh Allah. Israil sendiri adalah nama gelar dari Nabi Ya’kub a.s. Nikmat terbesar yang diterima Bani Israil adalah mereka ditinggikan di antara bangsa-bangsa lain di dunia, ditunjukkan dengan banyaknya nabi yang diutus, seperti Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Isa, Nabi Zakaria, Nabi Yahya, dan nabi lain yang tidak tersebut namanya hingga ratusan jumlahnya.
Semenjak Nabi Musa, Bani Israil memiliki pedoman utama yaitu Taurat. Kemudian di masa Nabi Isa, ajaran Taurat dilengkapi dengan Injil. Setelah Injil, kenabian berhenti, hingga Nabi terakhir diutus.
Dalam ajaran Taurat dan Injil terdapat janji Allah, bahwa akan datang Nabi terakhir yang membawa kitab terakhir. Barangsiapa yang mengikutinya, maka Allah akan melimpahkan nikmat kepadanya. Dan Nabi terakhir ternyata bukan dari bangsa Bani Israil, yaitu Nabi Muhammad s.a.w.
Bani Israil diuji oleh Allah, seberapa besar keimanan mereka. Apakah setelah diturunkannya Alquran kepada Nabi yang bukan berasal dari bangsanya, mereka tetap akan beriman dan mengikuti Nabi tersebut? Bani Israil diuji oleh Allah, dengan bukti yang kuat dalam Taurat dan Injil, apakah tetap bertahan beriman kepada dua kitab itu atau sebaliknya secara keji menutupi kebenaran serta mencampuradukkan isinya dengan kedustaan? Bani Israil benar-benar diuji, apakah mereka yang pertama kali akan mengingkari kebenaran setelah sebelumnya beriman.
Sesungguhnya, apa yang dilakukan oleh Bani Israil dalam bersikap terhadap Rasulullah s.a.w merupakan pelajaran yang berharga. Ketundukkan adalah hal yang utama dibandingkan kebanggaan terhadap bangsa. Rukuklah bersama orang yang rukuk, bukan hanya bersama dengan bangsanya sendiri-sendiri.
Kebanggaan hanya melahirkan kesombongan, dan kemudian dilanjutkan dengan kedustaan karena apa yang dikatakan dan diperintahkan malah tidak dilakukannya sendiri.
Dan untuk tetap berada dalam kebenaran merupakan hal yang berat. Oleh karena itu, hanya kesabaran yang mampu mengatasinya.
Kesabaran muncul karena rasa tunduk yang terus menerus dipelihara dengan selalu mengingatNya melalui shalat. Mengingat akan pertemuan denganNya kelak di hari pertanggungjawaban dan pembalasan.