Saya pribadi secara sadar di usia lima puluhan meyakini adanya wahyu. Namun pernah pula dalam pencarian diri, ketika belajar filsafat, saya meragukannya. Di usia lima puluhan, kadang dalam hening, hati saya berzikir: La Ilaha Illallah. Dan kadang air mata menetes syahdu.

Pernah pula saya lukiskan pengalaman batin dalam puisi. Kutipan puisi saya oleh teman dibuatkan kaos team puisi ketika berangkat ke Malaysia: “Tuhan, aku mencintaiMU dengan seluruh ketidak tahuanku. Namun kalbuku padaMU kalahkan segala.”

Saya begitu terpesona dengan pencapaian gagasan soal kesetaraan dan kebebasan manusia dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia yang terus dilengkapi. Namun saya membuat tulisan yang sudah diterbitkan dalam buku. Judulnya: Hak Asasi Manusia dengan spirit La Ilaha Illalah.

Pengalaman batin individu atas agama boleh berbeda. Bagi saya pribadi, sungguhpun kitab suci itu wahyu, dan memancar kebenaran, ada bagian dalam kitab suci yang lebih bagus dipahami dalam kacamata sastra. Kisah penciptaan Adam dan Hawa misalnya, saya ambil kandungan moral layaknya saya membaca sastra.

Saya tak memandang secara tekstual bagaimana Adam dan Hawa diciptakan dan turun ke bumi. Saya memahami kisah itu sebagai puisi untuk kandungan moral yang suci.

Yang membuat kitab suci bertahan panjang justru karena bahasa puitiknya. Banyak metafor, yang membuatnya dapat diterjemahkan secara beragam sesuai dengan zaman dan level kesadaran individu.

Apakah kitab suci adalah fiksi? Jawaban subyektif dalam pengalaman batin saya: Kitab suci adalah wahyu dan kebenaran yang banyak elemennya ditulis dalam bentuk puisi.

1 KOMENTAR

  1. Kalau yg sy pahami,

    Fiksi = cerita yg bisa atau pasti terjadi di masa depan
    Fiktif = cerita bohong atau tidak terbukti
    Itu dari sudut *benar salahnya* cerita/berita

    Kalau dari sudut *penulis* ceritanya,
    Kalau penulisnya manusia,
    maka Fiksi *bisa benar-benar terjadi* & menjadi fact = realitas
    Kalau tidak terjadi maka Fiksi menjadi Fiktif = bohong

    Kalau penulisnya Tuhan, maka *pasti terjadi* (pada waktunya) & tidak akan menjadi Fiktif

    Contoh saja,
    Tuhan menulis bahwa dunia nanti akan kiamat, gunung berhamburan dll.

    Apakah sekarang gunung berhamburan dll adalah fact atau Fiktif ?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama