Saya menonton versi Youtube pernyataan Rocky Gerung di ILC TV one. Ia mengatakan kitab suci itu membangkitkan imajinasi seperti fiksi. Tone dan spirit Rocky ketika menyatakan itu justru positif pada kitab suci. Sama sekali tak terasa menista.
Tentu pihak lain dapat memberikan tafsir berbeda. Namun lihatlah spiritnya. Rocky justru mengembalikan fiksi pada khittahnya. Fiksi itu bukan buruk, tapi justru powerful dan memperkaya manusia.
Tapi mengapa Rocky Gerung tetap dipolisikan?
Itu renungkan Indonesia hari ini. Kemana Indonesia menuju? Mengapa pengelompokan politik, mengapa distrust antar warga, mengapa kebebasan opini dengan argumen, acapkali berujung bully di media sosial. Mengapa semakin banyak opini harus berakhir di kantor polisi?
Saya teringat lagu ketika masih bocah. Lagu itu terdengar kembali: “ Kulihat ibu pertiwi. Sedang bersusah hati. Air matanya berlinang….*
April 2018
Kalau yg sy pahami,
Fiksi = cerita yg bisa atau pasti terjadi di masa depan
Fiktif = cerita bohong atau tidak terbukti
Itu dari sudut *benar salahnya* cerita/berita
Kalau dari sudut *penulis* ceritanya,
Kalau penulisnya manusia,
maka Fiksi *bisa benar-benar terjadi* & menjadi fact = realitas
Kalau tidak terjadi maka Fiksi menjadi Fiktif = bohong
Kalau penulisnya Tuhan, maka *pasti terjadi* (pada waktunya) & tidak akan menjadi Fiktif
Contoh saja,
Tuhan menulis bahwa dunia nanti akan kiamat, gunung berhamburan dll.
Apakah sekarang gunung berhamburan dll adalah fact atau Fiktif ?