MENU

Media Islam Ada Sejak Dahulu Kala Oleh: KH Lutfi Basori

Berbicara media dalam dunia Islam, bukanlah suatu yang asing, bahkan dunia media sejatinya sudah ada sejak zaman para nabi terdahulu. Terutama jika yang dimaksudkan dengan media disini adalah media karya tulis, baik yang berbentuk kitab (buku) atau lembaran (artikel).

Karena Allah SWT menurunkan firman-Nya kepada para nabi itu berupa kitab-kitab yang dapat dianalogkan dalam kehidupan sekarang, sebagai maraknya penerbitan buku-buku keagamaan, atau firman-Nya yang diturunkan dalam bentuk shuhuf alias lembaran yang dapat dianalogkan dewasa ini dengan terbitnya artikel-artikel keagamaan.

Di zaman Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, maka Allah SWT menurunkan firman-firmanNya berupa Alquran, ketika saat itu beliau SAW menghafalkannya di luar kepala disertai para sahabat penghafal Alquran lainnya, namun beliau SAW juga memerintahkan penulisan Alquran itu di pelepah-pelepah korma, kulit-kulit hewan, bebatuan dan segala hal yang dapat dipergunakan sebagai media  tulis bagi Alquran.

Pada saat awal perkembangan Islam, Rasulullah SAW pernah melarang para sahabat menulis sabda-sabda beliau SAW, karena dikhawatirkan tercampur dengan ayat-ayat Alquran.

Namun pada akhir perkembangannya, tatkala Alquran sudah mendarah daging di hati para sahabat, serta banyaknya tulisan Alquran yang disimpan di rumah-rumah mereka, maka Rasulullah SAW memperbolehkan penulisan hadits, seperti saat beliau SAW merespon permintaan dari seorang sahabat yang bernama Abu Syah, “Uktubu li abi syah” (tuliskanlah hadits untuk Abu Syah).

Maka sejak itu sebagian sahabat mulai banyak yang menulis hadits-hadits Nabi, SAW.

Dari gambaran ringkas ini dapat dipahami bahwa dakwah lewat tulisan, baik itu berupa buku sebagai karya tulis yang umumnya berbentuk tebal, maupun karya tulis yang berbentuk tulisan ringan seperti artikel keislaman, bukanlah suatu yang asing dalam dunia dakwah islamiyah.

Contoh tulisan yang dapat dikategorikan sebagai artikel dakwah yang pernah dirilis di zaman Nabi Muhammad SAW, adalah surat menyurat beliau SAW berisi ajakan masuk Islam, yang dikirim kepada para raja serta para pembesar negara-negara tetangga di sekitar kota Madinah.

Dakwah lewat karya tulis berbentuk surat-menyurat ini, kini berkembang menjadi penulisan artikel-artikel keagamaan yang isinya disesuaikan dengan kandungan Alquran, Hadits, hukum yang disepakati oleh para ulama salaf, serta hal-hal yang dapat diqiaskan dalam lingkup syariat Islam, untuk memudahkan umat dalam memahami ajaran agamanya .

Sebenarnya, perkembangan media dakwah berupa karya tulis ini, mulai pesat dilakukan oleh umat Islam, tatkala kekhalifahan Islam dipegang oleh Sayyidina Utsman bin Affan.

Di era itulah umat Islam berhasil membukukan mushaf Alquran secara resmi kenengaraan, hingga lebih mudah untuk dijadikan panduan dakwah bagi mereka dalam menyebarkan ajaran syariat.

Pada era-era berikutnya, lahirlah tokoh-tokoh Islam sekelas para mujtahid mutlaq di dalam dunia fiqih, demi memudahkan pengamalan syariat di kalangan masyarakat, seperti Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali, serta para imam lainnya yang mengikuti langkah mereka berempat, telah berhasil membukukan hasil ijtihad berupa karya tulis, sehingga ajaran mereka dapat dilestarikan dalam kitab-kitab kajian fiqih empat madzhab.

Kemudian bermunculan pula para ulama penulis berikutnya sekelas Imam Ghazali, yang sangat eksis dalam menyebarkan aqidah akhlak lewat dunia filsafat Islam, seperti yang dicetuskan dalam karya tulis bernuansa tashawwuf yang sangat fenomenal yaitu kitab Ihya Ulumiddin.

Adapun nasehat ringan yang boleh juga dikategorikan sebagai artikel, sebelumnya sudah banyak dirilis oleh para tokoh Islam, seperti nasehat-nasehat Sayyidina Ali bin Abi Thalib, syair-syair islami gubahan Shahabat Hassan bin Tsabit, atau nasehat-nasehat Imam Hasan Al-Bashri dan lain sebagainya.

Di era modern, media dakwah juga tetap dilestarikan lewat dunia karya tulis, bahkan semakin marak dilakukan oleh umat Islam demi mempertahankan ajaran agamanya, baik yang dikemas dengan penulisan berupa buku karya ilmiah, atau postingan artikel, bahkan berupa rekaman video, atau bentuk lainnya karena mengikuti trend yang berkembang, namun substansinya hanya satu yaitu berdakwah mensyiarkan ajaran agamanya, sekalipun dengan metode yang berbeda-beda.

Kenyataannya, dunia media dakwah lewat karya tulis inilah sejatinya yang dapat melestarikan ajaran Islam, karena lebih mudah dipertanggung jawabkan keotentikannya..

Selagi para penulis buku dan artikel islami masih memiliki sifat amanatun naql (jujur dalam penukilan), yaitu benar-benar merujuk kepada panduan utama umat Islam, yaitu Alquran, atau Hadits, serta kesepakatan hukum dari para ulama salaf, maka sejauh itu pula karya tulisnya masih dapat dipercaya dan dapat dijadikan rujukan umat Islam, bahkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah baik di dunia maupun di akhirat. (*)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER