Sebagai ibu yang tidak hanya bekerja di luar dan di dalam rumah, saya menyadari waktu saya banyak terkuras untuk kepentingan diluar pendidikan anak. Pagi hari sebelum berangkat dinas sebagai PNS saya sudah berkutat dengan permasalahan kesehatan pasien di tempat praktek pribadi saya yang berlokasi dirumah. Sore harinya pun begitu lagi, melayani pasien sampai malam.
Memang sih…saat menjalani praktek kedokteran di rumah, anakku sering ikut ibunya praktek. Saya sadar anakku bisa beresiko tertular penyakit, tapi saya tetap membiarkannya agar dia tidak merasa kehilangan momen kebersamaan dengan ibunya. Tapi apabila ada penyakit dengan potensi penularannya sangat mudah maka langsung anakku saya bawa keluar dari ruang praktek dengan terlebih dahulu pamit baik-baik sama pasien tentunya.
Beruntung di dekat rumah ada SDIT yang kurikulum pendidikannya ada perpaduan antara ilmu agama dan ilmu umum. Sehingga saya merasa sangat terbantu dalam pengasuhan anak ditengah waktu saya untuk mereka tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak bekerja.
Kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut beragam, kadang didalam kelas, kadang diluar kelas. Pernah juga anak saya disuruh bawa makanan untuk mempraktekkan pelajaran IPA, setelah praktek makanan itu dimakan bareng-bareng. kegiatan ekstrakurikulernyapu bermacam-macam dari tahfidz qur’an, karate, sampai menaripun ada. Saya melihat pola pendidikan di SDIT itu merangsang perkembangan otak kiri dan kanan. Dan juga gaya pendidikannya tidak kaku sehingga anak didik nyaman dan ceria.
Kegiatan outing class biasanya berupa outbond ditempat wisata, kunjungan industri skala rumah tangga (misalnya produsen getuk, tahu, biogas dan masih banyak lagi). Ada juga kegiatan bermalam di sekolah untuk pembelajaran agar anak didik bangun malam untuk sholat tahajud. Meskipun rangkaian kegiatan mabit tersebut tidak hanya sholat malam.
Seperti Hari ini anakku sedang mengikuti kegiatan mabit. Yang istimewa acara mabit kali ini salah satunya akan diisi kegiatan senam dengan lagu pengiringnya berjudul “Berani Jujur Hebat” yang videonya sudah dishare ke WAG wali murid sehingga bisa dipelajari dulu dirumah.
Belum lama ini anak saya kemah pramuka yang diadakan oleh sekolah, kebetulan dia dapat tugas menjadi MC pada acara api unggun. Setelah dilatih pembinanya di sekolah, dia meneruskan latihan di rumah di depan ibunya. Menurutku anakku menikmati sekali kegiatan disekolahnya, bahkan kalau libur terlalu lama dia pengen segera sekolah lagi.
Market day adalah kegiatan yang bertujuan mendidik siswa dalam berwirausaha, sebagaian murid ditugasi untuk berjualan produk olahan sendiri di rumah kemudian dijual di lapak yang sudah disediakan oleh pihak sekolah, yang membeli adalah siswa dan guru. Kegiatan ini rutin dilakukan dua minggu sekali.
Pembelajaran dengan sasaran orang tua murid menjadi salah satu agenda rutin, mereka menyebutnya sebagai kegiatan parenting. Dikegiatan parenting biasanya diisi seminar dengan tema tertentu, yang pernah saya ikuti misalnya tema tentang maraknya pornografi pada anak, bullying dan masih banyak lagi tema-tema menarik lainnya.
Ada peristiwa yang membuatku sangat terharu, pada saat itu sedang ramai penggalangan dana buat Suriah, dia mendengar tentang Suriah dari gurunya. Sampai dirumah anakku konfirmasi sama saya tentang hal tersebut, lalu dia menyerahkan uang 500 rb dari tabungannya kepada saya agar disalurkan untuk korban perang suriah. Waktu itu saya salurkan melalui ACT.
Padahal uang itu dia kumpulkannya sedikit demi sedikit, saya hanya menjatah dia 50 rb perbulan untuk ditabung, selain itu dia mendapatkan uang dari kakeknya maupun bude-budenya dan keluarga besar yang lain, terutama pada saat lebaran. Saya tidak pernah memberi dia uang jajan karena sekolahnya sudah menyediakan snak dan makan siang. Dan sekolahnyapun melarang anka-anak bawa uang. Biasanya dia gunakan tabungannya untuk membeli barang-barang yang jadi keinginannya misalnya sepeda, sepatu roda dan lain-lain.
Dan ternyata dia berinfak untuk solidaritas pada sesama muslim di suriah tersebut bukanlah yang pertama dan terakhir. Pernah dia nyumbang untuk Palestina yang saya salurkan melalui LAZ Solopeduli. Terakhir dia menyumbang Rohyngya melalui sekolahnya.
Anakku sudah terbiasa berjilbab bila keluar rumah, padahal dia belum baligh. Dia juga sudah hafal juz amma dan sekarang sudah menginjak hafalan juz 29. Baca Qur’annya juga sudah lancar, bahkan ibunya pun kalah fasih.
Saya yakin perilaku positif anak saya tersebut sangat dipengaruhi oleh pola pendidikan yang bagus dari sekolahnya. Sebagai orang tua saya sangat bersyukur melihat perkembangan anak saya sekarang, apalagi jika melihat dunia luar yang begitu liar dengan pergaulan bebas juga kekerasan. Maka ditulisan ini saya ingin berucap dari lubuk hatiku yang paling dalam “Terima kasih SDIT”.