Masyarakat Wakaf merupakan salah satu fundamental terciptanya instrumen ekosistem wakaf sebagai solusi percepatan pembangunan termasuk bidang pembangunan media online bagi ummat.
Hingga hari ini wacana wakaf sebagai solusi percepatan pembangunan ibarat jauh panggang dari api. Semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam kemajuan perwakafan khususnya di Indonesia sedang berlomba dengan waktu menyongsong pengarusutamaan isu wakaf.
Maka literasi isu wakaf menjadi prasyarat menuju masyarakat wakaf yang bermartabat.
Bagaimana Seruji bisa terlibat aktif dalam menciptakan dan memajukan masyarakat Wakaf?
Kreasi Wakaf Produktif Seruji
Seruji merupakan media online yang lahir dari gerakan Muslim untuk terlibat aktif menguasai media dengan mengutamakan prinsip variasi kepemilikan (media ownership dengan konsep koperasi) dan variasi konten (media literasi). Kedua nilai ini bisa menjadi kekuatan khas sekaligus sesuai dengan regulasi pemerintah yang ingin mendorong demokratisasi kepemilikan media dan isinya.
Kepemilikan saham Seruji dimungkinkan seluasnya dibuka untuk anggota yang sepakat sesuai visi dan misinya. Keberagaman isi (konten) pun didorong partisipatif melalui jurnalisme warga (citizen journalism).
Apabila dua kekuatan ini dipadu oleh nazir (pengelola wakaf) khusus yang mampu memodali dana wakaf produktif untuk membesarkan Seruji maka percepatan literasi media akan terwujud.
Setiap kota dan kabupaten akan berdiri cabang koperasi dan kontributor yang menaungi dan menghidupkan Seruji. Suntikan dana wakaf juga dimungkinkan untuk memperbesar infrastruktur yang diperlukan agar Seruji bertransformasi ke jasa dan produk yang selama ini belum seluruhnya dikuasai ummat. Bisa saja berbagai aplikasi online pendukung dakwah dan server khusus makin dikembangkan sesuai kebutuhan ummat. Semuanya dikelola secara profesional dan amanah sehingga ummat semakin yakin bahwa wakaf produktif bisa menjadi solusi.
Untuk percepatan penguasaan media dibutuhkan insan media berakhlaq mulia yang tidak hanya mampu berjuang sebagai jurnalis atau kontributor namun sebagai pengelola atau manajemen yang siap ditempatkan di berbagai wilayah. Seruji harus mendirikan berbagai institusi pendidikan atau berkolaborasi dengan lembaga terkait di berbagai wilayah untuk menyiapkan SDM tersebut. Seruji diharapkan secara gesit beradaptasi dan selalu inovatif untuk memajukan bisnis media sembari menebarkan manfaat bagi anggota khususnya dan ummat Islam umumnya.
Berbagai konten Seruji pun harus lebih inovatif menjawab berbagai kebutuhan ummat dari berbagai kalangan termasuk kalangan generasi millenials.
Media yang kurang beradaptasi dan lamban melakukan inovasi akan cepat ditinggalkan khalayaknya. Untuk itulah SDM (Sumber Daya Manusia) Seruji haruslah memiliki kualifikasi yang lebih dari standar biasa.
Kelak apabila penguasaan media Seruji makin kuat lagi besar bahkan menyaingi media utama (mainstream) maka bukan tidak mungkin Seruji menjadi pelopor media literasi berbasis wakaf dan mampu mengakuisisi media lain atau mentransformasikan menjadi media pro ummat. Masyarakat pun akan berlomba mengembangkan sebagian hartanya untuk diwakafkan dalam proyek pembangunan lainnya.
Karena masyarakat akan semakin sadar hakikat wakaf yang manfaatnya abadi hingga akhir hayat.
Semua ini merupakan proses yang panjang dan memerlukan stamina prima. Mampukah Seruji melaluinya? Sejarah akan menjawabnya
* Penulis adalah Pengurus BWI ( Badan Wakaf Indonesia) 2017-2020.
* Opini disini adalah pendapat pribadi Penulis.
Ide buagus mas
Smoga terwujud