Undang-undang masalah penghinaan pada presiden/pejabat negara dan wakil rakyat menjadi pembahasan yang sangat menarik di masyarakat. Bahkan menjadi kerancuan manakah antara hinaan dan kritikan. Setiap hari saat kita membuka halaman media sosial, selalu akan ditemukan kata cacian ataupun makian pada orang lain. Bahkan ada istilah akun media sosial anonim/tanpa nama yang juga dapat memaki dengan mudah, kalau istilah peribahasanya lempar batu sembunyi tangan.

Bagaimanakah menyikapi terhadap fenomena ini sebagai umat Islam?

Sebuah hal yang sebenarnya sangat mudah bagi kita untuk mengantisipasinya terhadap fenomena ini. Apakah kita akan menjadi penghina bagi makhluk lain, yang sama-sama sebagai ciptaan Allah Swt.

Adapun beberapa hal yang harus kita sikapi adalah sebagai berikut :

  1. Menghina tidak akan meninggikan derajat manusia.

Apakah dengan kita ikut menghina orang lain ataupun membalas hinaan orang lain dengan hinaan akan meningkatkan derajat sebagai manusia?. Di mata Allah Swt semua manusia adalah sama, tergantung bagaimana amalan kebaikan dan keburukan manusia itu sendiri.

Dalam surat Al Hujurat, Allah Ta’ala memberikan kita petunjuk dalam berakhlak yang baik,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11).

Bahkan terkadang dengan mudahnya memberikan panggilan yang buruk dengan nada merendahkan pada sesama. Panggilan seperti kodok, bani datar, bani jenggot, cebong, bani taplak dan lain-lainnya yang dalam hati pemanggil bertujuan untuk merendahkan.

Padahal sudah dijelaskan aturan dalam memberikan panggilan pada sesama:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS.Al-Hujurat:11)

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Al-Humazah: 1).

  1. Adanya adu domba terhadap sesama muslim.

Hal ini harus diwaspadai di kalangan muslim sebagai suara mayoritas di negara ini. Terkadang tanpa disadari sebagian oknum yang berlaku seperti benalu, menempel di kelompok sebagian dan di lain waktu menempel pada kelompok lainnya.

Maka umat Islam janganlah menjadi pihak yang melakukan adu domba.

يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar, namun sesungguhnya itu perkara besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi diri ketika kencing. Adapun orang yang kedua disiksa karena suka mengadu domba (namimah).” (HR. Bukhari no. 216 dan Muslim no. 292).

لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ قَتَّاتٌ

“Tukang adu domba tidak akan masuk surga.” (HR Bukhari-Muslim)

Umat Islam juga jangan sampai mudah terpedaya akan adanya adu domba tersebut. Dengan selalu mengutamakan baik sangka tanpa menghilangkan kewaspadaan terhadap suatu kejadian.

3. Dunia adalah fana.

Dunia adalah ladang, sebagai tempat kita menanam segala kebaikan. Dan masa panennya adalah di hari akhir nanti, dimana kita akan mendapatkan balasan dari Allah Swt atas segala amal perbuatan kita di dunia. Kesadaran akan hal ini akan menjadikan kita selalu istiqomah dalam menjalani kehidupan di dunia.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman:

“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20).

Muslim yang satu dengan muslim yang lain adalah saudara, sebagaimana tubuh yang satu jika sakit salah satu anggota tubuh makan akan sakitlah semua bagian tubuh. Ukhuwah islamiyah sebagai bukti akan kekompakan umat Islam harus selalu dijaga. Janganlah dikarenakan urusan dunia yang sangat sepele sehingga kita dilupakan akan tujuan kehidupan yang utama.

Dalam sebuah hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan:

وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟

Demi Allâh! Dunia dibandingkan akhirat hanyalah seperti seseorang dari kalian yang mencelupkan salah satu jemarinya ke laut), maka lihatlah apa yang ada pada jarinya tersebut saat ia keluarkan dari laut! [HR. Muslim]

Firman Allah Swt

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ۚ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ

Allâh meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). [Ar-Ra’du/13:26]

أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. [At-Taubah/9:38]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. [Al-A’lâ/87:16-17]

Sudah sangat jelaslah bagaimana Allah Swt dan Nabi Besar Muhammad Saw memberikan rambu-rambu kepada umat manusia, bagaimana mensikapi terhadap fenomena “Penghinaan” yang sedang marak ini.

Apapun yang diperbuat oleh seorang manusia, akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt di hari akhir.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama