Ada kesamaan dari kedua belah pihak atau kubu. Yaitu cara. Cara berkomunikasi yang saling menyakiti. Sama-sama senang bila yang dianggap kubu lawan berada di posisi terpojokkan. Kita bisa melihat pada status-status yang ditulis dengan bahasa yang memojokkan, pedas, dan keras lagi menyakitan. Bahkan kondisi ini juga telah melahirkan portal-portal berita yang menggunakan judul bombastis dan provokatif yang justru menciptakan jarak permusuhan itu semakin tajam. Tidakkah kita berfikir bahwa kita sesama anak bangsa seharusnya bersinergi membangun negeri?
Dapat dipahami dan dimaklumi, bagaimana perasaan masing-masing kubu terhadap kubu ‘lawan’nya. Gemes tiada tara. Capek hati mbilangi, tapi tak kunjung mengerti. Sehingga kita merasa pantas untuk menghancurkan ‘lawan’ kita. Kita jadi sangat gemar pada berita dengan judul-judul yang menyakitkan ‘lawan’. Meskipun diakui atau tidak, hal itu sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Dan sekali lagi, kita sama-sama putra bangsa.
Tidak dapat dipungkiri juga, fakta adanya pelecehan dan penghinaan atas Islam dan muslim tidaklah sedikit. Ada bejibun. Bahkan seakan-akan disengaja seperti memberi makan pada ikan di kolam. Kondisi ini telah melahirkan luka yang dalam bagi muslim. Dan sayang sekali lagi, hal ini kemudian melahirkan perilaku yang destruktif. Membuat muslim yang mencintai agamanya ini, menjadi salah mengambil sikap. Yang kemudian malah perang dengan saudaranya sesama muslim. Menyedihkan sekali.
Perih memang, sesama anak bangsa bertengkar dan saling cakar. Sementara di ujung sana yang bertepuk tangan sambil ongkang-ongkang kaki berjemur di tepi pantai.
Lebih jauh lagi, luasnya kehidupan maya telah memberi kesempatan pada sesorang untuk menyampaikan apapun yang berada dalam pikirannya termasuk meluapkan amarahnya. Setiap orang menginginkan eksistensi, ingin pendapatnya didengar dan dilaksanakan. Hal ini yang kemudian membawa dampak sulitnya mencapai kesepakatan walaupun memiliki tujuan yang sama. Sebab kita jadi merasa pintar dan benar. Lupa adanya kepercayaan dan mempercayakan. Dan juga lupa pada proses yang pastinya berjalan bergandengan dengan kesabaran.
Apik
mantap jiwa….