SERUJI.CO.ID – Gemuk itu menular, ungkapan yang pernah Saya baca dalam suatu artikel ringan. Maka tidak heran ada penulis yang menyamakan bahwa gemuk itu seperti virus, yang mudah menyebar dari seseorang kepada orang lain.
Ibaratkan virus, semakin dekat Anda dengan virus, semakin sering Anda kontak, dan semakin rendah daya tahan tubuh anda, makan semakin besar juga kemungkinan Anda tertular.
Gemuk atau obesitas ternyata kira-kira hampir sama dengan itu. Semakin dekat Anda dengan orang yang gemuk, bisa teman, keluarga, lingkungan kerja kemungkinan Anda menjadi gemuk juga semakin besar.
“Ahhh, mana mungkin?”……,barangkali ada yang bertanya demikian
Nah, sebelum Saya menyinggung penelitian terkait dengan asumsi di atas, Saya juga punya pengalaman terkait dengan besarnya pengaruh teman, lingkungan terhadap kemungkinan seseorang menjadi gemuk ini
Ceritanya begini, saya punya teman sejawat yang berkerja di suatu Rumah Sakit swata. Berat badannya sepintas saya lihat normal dan sedikit barangkali agak kurus. Apalagi kalau dibandingkan dengan teman-teman lain yang overweight dan bahkan juga ada yang obes.
Pertama masuk dan bergabung dengan kawan-kawan lain yang sering berkumpul dalam satu ruangan waktu senggang, sejawat yang masih muda ini agak malu-malu terutama waktu disuguhi makanan yang setiap hari tersedia di ruangan tempat kami biasanya ngumpul.
Melihat ini, seorang teman sejawat wanita yang “overweight”, barangkali sudah obes menyela, jangan malu-malu, ini memang untuk kita dan dari kita semua, sambil menyodorkan semangkok bakso. Sedikit agak ragu-ragu sejawat itu mengambilnya
“Ketika ditanya, kok tadi ngak mau?” Sudah makan, dan takut gemuk dokter, jawabnya sambil tersenyum.
Sudah makan, masih kenyang, takut gemuk adalah alsan yang sering disampaikan oleh teman sejawat yang baru bergabung ini waktu ditawari makanan.
Keadaan ini berlangsung cukup lama, tetapi setelah beberapa bulan kemudian, alasan-alasan ini semakin jarang terdengar, apalagi bila yang menawarinya adalah seorang sejawat yang Saya lihat pertemanannya semakin dekat dan akrab saja, seorang sejawat yang obes dan memang hobi makan.
Karenanya, tidak heran kemudian sejawat yang waktu pertama kali bergabung ini kelihatan semakin gemuk. Dan, suatu pagi, saya dengar senda guraunya, seperti bertanya tidak percaya, kok berat badan Saya naik sekarang ya? …..Sambil bercanda saya jawab, “kalau Anda setiap hari ngemil, makan seperti itu ngak perlu heran.”
Cerita lain, juga seorang teman sejawat wanita, dalam grup kerja yang sama. Ingin nmenurunkan berat badannya yang “overweight”. Untuk itu dia menjalani diet Mayo. Setiap pagi karena tidak sempat sarapan di rumah, dia makan di ruangan tempat kami ngumpul. Saya lihat menunya yang agak aneh, seperti hanya sayuran, tanpa garam, tanpa nasi.
Sebagai ganti nasi dia makan kentang atau ubi-ubian. Ditengah godaan teman-teman yang lain seperti ungkapan, sekarang sudah kaya, tapi makan begitu, kasihan deh lu,” teman sejawat yang masih muda dan barangkali ingin kelihatan cantik ini bertahan dengan diet yang dijalaninya. Dia tidak peduli dengan bermacam-macam makanan yang setiap hari ada dan godaan teman-temannya yang lain.
Dan, berat badannya pun turun cukup besar. Sayangnya, entah apa sebabya bebera minggu kemudian dia semakin jarang membawa menu khusus yang dia konsumsi pagi hari seperti biasanya. Dan, dia juga mulai mencicipi makanan ringan yang ada. Dan, sampai suatu ketika dia sama sekali berhenti dengan diet itu, dan kembali lagi dengan kebiasaan makan selama ini.
Lalu, ketika saya tanya, “kenapa kok sampai berhenti?”….Kan bagus hasilnya?”…. Gagal dok, gagal diet mayonya. Bagaimana ngak gagal, setiap hari dihadapkan dengan makanan begini, jawabnya sambil menunjuk kepada nasi kebuli domba Afrika. Dan juga, teman Saya yang satu ini selalu menawari dan mengajak Saya untuk jajan dan makan makanan yang enak-enak, sambil merangkul teman akrabnya yang memang overweight
Dua contoh kasus di atas adalah pengalaman nyata yang Saya lihat dan alami dengan mata kepala sendiri, bahwa teman, lingkungan akan mempengaruhi gaya hidup, pola makan kita. Teman dekat yang gemuk pengaruhnya lebih besar lagi. Sehingga ada suatu adagium lama yang mengatakan, jika Anda ingin gemuk, carilah teman-teman yang gemuk, teman yang gemuk itu menular.
Sehubungan dengan ini penelitian yang dilakukan oleh Harvard Medical Shool terhadap suatu jaringan kelompok sosial yang cukup besar, terdiri dari 12,067 orang yang diikuti selama 32 tahun menyimpulkan bahwa gemuk itu menular.
Seseorang sangat mungkin menjadi gemuk bila teman juga gemuk. Peningkatan risiko menjadi gemuk mencapai 57 persen . Jadi kalau Anda kurus, atau berat badan normal, kemudian punya teman dekat gemuk, risiko Anda juga menjadi gemuk meningkat 57 persen.
Anda tidak percaya? Coba saja lihat dalam kehidupan sehari-hari, mereka yang gemuk sering berjalan, berteman dengan yang gemuk juga
Pengaruh teman dekat yang gemuk ini ternyata bahkan lebih besar dari pengaruh keluarga dan saudara, dan pasangan anda. Bila saudara Anda gemuk, risiko Anda menjadi gemuk 40 persen dan risiko Anda menjadi gemuk meningkat 37 persen bila pasangan anda gemuk.
Kemudian, “mengapa teman yang gemuk itu menular?”
Seperti ilustrasi dua cerita di atas, teman, lingkungan berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang termasuk gaya makannya. Kalau sebagian besar waktu anda berada dalam lingkungan atau teman-teman yang hobinya makan, anda juga akan mempunyai hobi yang sama.
Teman juga mempengaruhi persepsi anda mengenai gemuk atau obesitas. Kalau teman akrab anda seorang yang gemuk, persepsi anda mengenai gemuk akan berubah. Anda mungkin akan beranggapan bahwa gemuk itu tidak bermasalah, alias oke oke saja.
Karena itu, anda boleh saja berteman dengan mereka yang gemuk, hanya saja anda tetap hati-hati dan menyadari risiko anda tertular dengan kebiasaan-kebiasaan yang membuat anda akan gemuk cukup besar.