BAGHDAD – Arab Saudi berencana untuk membuka perbatasan darat dengan Irak untuk pertama kalinya sejak 1990, menurut media berita dan pejabat daerah Saudi.
Abdul Aziz al-Syammari, pejabat perdagangan Arab Saudi di Baghdad, mengatakan pada hari Selasa (15/8) bahwa jalur perbatasan Arar akan segera dibuka dan ditujukan terutama untuk transportasi barang kebutuhan sehari-hari.
Surat kabar Mecca melaporkan bahwa pejabat Saudi dan Irak melakukan kunjungan ke lokasi tersebut pada hari Senin (14/8). Di sana mereka sempat berbincang dengan jamaah haji Irak, yang memiliki akses ke perbatasan itu hanya sekali setahun selama musim haji.
Suhaib al-Rawi, gubernur provinsi Anbar di Irak barat daya mengatakan bahwa pemerintah Irak telah mengerahkan pasukan untuk melindungi rute yang mengarah ke Arar dan menyerukan pembukaan perbatasan ini sebagai sebuah langkah signifikan untuk meningkatkan hubungan kedua negara.
“Ini merupakan awal yang baik untuk kerja sama masa depan antara Irak dan Arab Saudi,” kata al-Rawi, dikutip oleh Al Jazeera.
Perbatasan Arar ditutup setelah kedua negara putus hubungan akibat invasi mantan Presiden Irak Saddam Hussein ke Kuwait 27 tahun silam.
Pengumuman tersebut menyusul keputusan kabinet Saudi pada hari Senin untuk membentuk komisi perdagangan bersama dengan Irak.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab saat ini sedang melakukan pendekatan pada tetangga utara mereka dalam upaya untuk menahan pengaruh regional yang berkembang dari Iran.
Negara-negara Teluk Arab tersebut telah menerima pemimpin Irak Syiah yang berpengaruh, Muqtada al-Sadr untuk melakukan pembicaraan dalam beberapa pekan terakhir. Ini adalah sebuah kunjungan langka setelah bertahun-tahun kedua negara mengalami hubungan yang bermasalah.
Pihak Sadr mengatakan pertemuannya dengan Muhammad bin Salman menghasilkan sebuah kesepakatan untuk Arab Saudi menyumbangkan USD 10 juta bantuan kepada pemerintah Irak dan mempelajari kemungkinan investasi di wilayah di Irak selatan. Pembukaan penyeberangan perbatasan untuk perdagangan juga masuk dalam daftar pembicaraan tersebut.
Muqtada Al-Sadr adalah tokoh agama Syiah yang memiliki banyak pengikut di kalangan kaum menengah kebawah kota Baghdad dan Irak selatan dan merupakan satu dari sedikit pemimpin Syiah Irak yang mengambil jarak dari pemerintah Iran.
Hubungan Saudi-Irak berlanjut membaik mulai 2015 ketika Arab Saudi membuka kembali kedutaan besarnya di Baghdad setelah 25 tahun. (Gzl/IwanS)