Setiap dia datang konsultasi padaku, terlihat perkembangan yang sangat menyenangkan. Berat badannya kembali naik dan wajahnya berseri.
“Alhamdulillah dok. Kemaren mamakku datang ke kampung. Dia senang melihat perobahanku,” lapornya.
“Kamu masih main organ kan?” selidikku.
“Iya dok. Tapi sekarang, semua artisku sudah memakai pakaian muslimah dan lagu yang kami nyanyikan aku pilih sendiri agar tidak ada yang mengumbar syahwat. Lagi pula kami sekarang selalu istirahat mulai menjelang azan dan kami semuanya shalat,” lanjutnya.
“Alhamdulillah,” aku segera menjabat tangannya.
Aku bersyukur atas keberhasilannya merobah pola hidupnya. Aku tidak menduga jika nasehatku dilaksanakannya penuh tanpa kurang sedikitpun.
“Lalu bagaimana dengan tuan rumah yang mengundangmu?” aku ingin tahu lebih banyak hasil dari perobahannya.
“Sekarang orderan untuk kami makin banyak. Kami juga tidak mau main sampai larut malam. Jam sebelas malam kami sudah berhenti,” jelasnya bersemangat.
Akhirnya ia pulang dengan hati lapang dan beban yang selama ini ia pikul sudah terasa ringan. Obat yang selama ini aku berikan pun diakhiri.
Penulis : Elfizon Amir (Hrn)