“Iya dok. Aku akan coba. Akan ku ajak teman-teman di grup ku untuk shalat berjamaah.”
Mukanya mulai terlihat berseri. Seperti seorang yang tengah kehausan, saat ini ia dapat setetes embun yang memberikan kesejukan pada tenggorokannya.
“Kedua,” ujarku melanjutkan pembicaraan kami.
“Kedua apa dok?” tanyanya tidak sabar.
“Kamu ganti kostum artismu. Gunakan pakaian yang menutup aurat. Seminimal mungkin pakaiannya pantas secara adat,” saranku.
“Iya dok. Aku akan laksanakan,” jawabnya pasti.
Pandangan mata yang tadi kosong, sekarang mulai berbinar. Seulas senyumpun mulai menghiasi bibirnya. Namun ia tetap tidak beranjak dari kursi di hadapanku. Ia masih serius menunggu poin-poin berikutnya dari mulutku.
“Ketiga…..,” aku tahan sedikit untuk melihat reaksinya.
Dia menatapku tajam. Kepalanya tidak bergerak dan nafasnya tertahan menunggu kata kataku. Lalu dengan tersenyum aku sampaikan. “Pilihlah lagu yang kamu nyanyikan. Jangan syair yang mengumbar syahwat tapi hendaknya lagu yang menghibur dan mendidik,” ujarku.
“Terima kasih dok. Aku akan laksanakan setiap poin yang dokter sampaikan. Mudah-mudahan saya bisa berhasil,” kembali senyumnya merekah.
Ku ulurkan tanganku padanya. Dengan muka yang berseri ia sambut hangat uluran tanganku. Akupun tersenyum bahagia bisa melepas seorang hamba Allah dari lilitan masalah hidupnya.