“Jika itu satu-satunya sumber nafkah hidupmu, apa salahnya? Seperti kata Kiyai Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, Biola hanyalah sebuah alat musik. Baik atau buruk musik yang dihasilkannya tergantung siapa pemainnya. Demikian juga organ tunggal. Baik atau buruk musik yang dihasilkannya tergantung siapa pemainnya,” aku mencoba memberikan solusi.
Dia duduk melongo seakan tidak percaya dengan ucapanku. Aku tidak tahu apa yang dia fikirkan. Beberapa saat ruang sunyi. Tidak terdengar suara apaun. Jika ada peniti yang jatuh mungkin akan kedengar dengan jelas.
“Sebuah grup musik hendaklah punya unggulan,” aku coba melanjutkan.
Sementara dia menatap tajam padaku seakan tengah menunggu ucapan yang akan keluar lagi. Begitu inginnya ia mendapatkan solusi dari masalah yang dia hadapi.
“ya dok,” akhirnya kedengaran juga suaranya.
“Ya. Kamu harus punya unggulan agar masyarakat kenal dengan grup organmu,” ujarku ingin meyakinkannya.
“Tapi mamakku melarangnya dok,” dia usap kepalanya untuk menunjukkan kejengkelannya.
“Ya. Dengan cara yang aku tawarkan ini aku kira mamakmu akan setuju,” aku tersenyum.
Ia pun tersenyum.
“Pertama,” aku mulai memberikan solusi.
“Ya dok,” sepertinya ia tidak sabar.
“Kamu atur jadwal manggungmu. Jangan kamu manggung main orgen disaat azan berkumandang,” kataku dengan penuh keyakinan.