Seorang laki-laki muda masuk ke ruanganku. Dari wajahnya terlihat ada beban berat yang tengah dia pikul. Rambut yang acak-acakan membuat wajahnya terlihat lebih tua. Dia tidak peduli dengan perawat yang duduk di meja admnistrasi dekat pintu masuk.
Tanpa kata-kata dia langsung menuju kursi di hadapanku. Kadang dia menghembuskan nafas dari mulutnya untuk mengurang kegalauan hati.
“Aku tidak bisa tidur dok. Semakin hari kondisi fisikku semakin menurun. Nafsu makan tidak ada,” keluhnya sesaat setelah duduk dihadapanku tanpa menunggu pertanyaan dari ku.
“Hatiku tidak nyaman” lanjutnya.
“Ada rasa takut yang tidak punya ujung dan tidak jelas penyebabnya. Rasa cemas juga menghantuiku. Aku semakin tersiksa dengan debaran jantung yang seakan tidak mau kompromi.”
Keluhan ini bukan sekali dua kali terjadi dan juga bukan pada satu dua orang. Setiap hari ada saja pasien mengeluhkan hal yang sama dengan intensitas dan kwalitas berbeda.
Terlihat wajah-wajah depresi menahan beban hidup yang sekan tidak punya ujung. Pada umumnya mereka punya masalah yang susah mereka temukan solusinya.
Dalam menjalani hidup, kadang kita manusia cendrung untuk bersikap sombong. Seakan semuanya ada dibawah kendali kita. Dengan keyakinan yang tinggi, semua yang sudah dirancang dengan baik, mulai dari persiapan sampai pelaksanaan dan hasil akhir sudah bisa diprediksi.
Kita sering lupa dengan faktor lain yang diluar jangkauan fikiran dan bayangan kita manusia.