Sinar Sang Baskara jatuh menerobos riak-riak jernih di permukaan laut dangkal. Sinar-sinar itu serupa ribuan cahaya mercusuar yang menyapa mutiara di dalam mulut kerang-kerang yang tersenyum lebar. Kilauannya menerangi, menyingkap tabir keindahan dan mengundang para diver dari segala penjuru dunia untuk menikmatinya. Di sela-sela terumbu karang (acropora) itu, clownfish, ikan bendera, blue tang, ikan katak berbulu, ikan layar, chaetodon, chrysiptera, kuda laut, cumi-cumi, dan udang berwarna-warna mencari makan di karang mawar berwarna merah atau biru menyala, atau bermain di sulur-sulur rambut rasta terumbu karang berwarna putih susu. Keindahan surgawi itu bisa kita nikmati di Selayar, Bunaken, Karimun Jawa, Kepulauan Seribu, Wakatobi, Raja Ampat,  Bintan, Taka Bonerate, Biak atau Taman Laut Alor.

Terumbu karang yang menerawang di pinggiran pulau-pulau itu seperti bercak-bercak putih ditengah lautan biru. Dilindungi rangkaian karang atol, acropora beraneka bentuk dan dengan warna-warna cerahnya seperti karang meja, karang kipas, karang hitam, akar bahar, karang tanduk itu bergembira. Jutaan ton tuna sirip biru, napoleon, kakap merah, layang, cakalang, bawal, baronang, kerapu, tengiri, menghabiskan hidupnya di lautan nan luas itu, menjadi menu lezat 150 spesies ikan hiu atau berakhir di ujung mata pancing atau jaring para nelayan, 6,7 juta ton per tahun. Kehidupan dalam laut adalah tentang penyamaran, memakan atau dimakan. Ribuan ikan Barakuda berkilat-kilat berputar-putar membentuk tornado bawah laut. Aneka kerang, kepiting berwarna warni, bintang laut peniru, ubur-ubur, penyu dan teripang bermalas-malasan di sela-sela rumput laut di dangkal pantai pasir putih yang membentang.

Nusantara memiliki hampir seperempat garis pantai dunia atau 80.791 kilometer panjangnya dengan pasir putih yang sangat eksotis di beberapa bagiannya. Kuta, Umang, Losari, Akkarena, Bintan, Burung Mandi, Tanjung Tinggi, Ancol, Carita, Anyer, Pangandaran, Parang Tritis, Watu Ulo, Sanur, Senggigi, Donggala, dan Ternate telah lama menjadi magnet bagi para wisman dan wisnu. Menaklukkan deru gelombang bergulung-gulung yang tiba-tiba muncul Pantai Mentawai, Lombok, Bali, Rote Ndao, Nias atau Sumbawa dengan papan selancar adalah pengalaman tak terlupakan sepanjang hidup.

Di tengah lautan itu, ikan lumba-lumba berlompatan gembira diselingi ikan terbang yang meluncur kesana-kemari bersaing dengan camar-camar yang berkoakan mencari ikan. Migrasi ikan raksasa melewati lautan Nusantara menciptakan tradisi keberanian perburuan ikan paus di Takarena. Para peneliti yang penasaran menyelam lebih dalam menemukan ikan Coelacanth di lautan Sulawesi Utara. Ikan aneh yang telah ada di bumi lebih dari 410 juta tahun itu selama ini secara keliru oleh kaum evolusionist dianggap sebagai bukti missing link peralihan antara reptil dan ikan.

Bukalah peta Nusantara kawan, lihatlah dengan seksama. Lihatlah jangan sambil lalu, tetapi dengan penuh perhatian. Alangkah strategisnya kepulauan Nusantara ini. Tanah tempat kita berpijak dikelilingi oleh Samudera Hindia dan Laut China Selatan, Arafura serta laut Timor. Kepulauan Nusantara terletak di tengah-tengah jalur perdagangan Internasional, China yang sedang menggeliat dan negara Asia lainnya berada di utara, sementara Australia di selatan. Malaka sampai Maluku berabad lamanya menjadi jalur perdagangan laut yang ramai oleh kapal Jong, Padewakang, Sandeq, Caravel, Korvet, Galleon, Pilu, Phinisi atau Kora-Kora menyinggahi pelabuhan Sabang, Belawan, Palembang, Sunda Kelapa, Banten, Tuban, Gresik, Surabaya, Paotere, Benoa, Ampenan, Bima, Solor, dan NuuWar melewati Selat Sape bahkan sampai Australia dan Eropa. Saat ini 40 persen perdagangan dunia melewati perairan Nusantara, melewati jalur Selat Malaka (63 ribu kapal), Selat Sunda (3.500 kapal), dan Selat Lombok (3.900 kapal) setiap tahunnya.

Nusantara atau Nusa dan Antara, adalah negeri kepulauan yang selalu dihantam ombak. Lihatlah google earth kawan, riak-riak ombak terus bergerak di lautan biru yang dalamnya tak dapat diduga. Arus laut di bawahnya membuat perahu-perahu nelayan harus berhati-hati melewatinya, kalau tak ingin celaka. Selat Lombok yang berpalung dalam dan memiliki salinitas tinggi merupakan jalur rahasia kapal selam negara-negara adidaya. Insiden arogan melintasnya tanpa ijin gugus tempur kapal induk USS Carl Vinson disertai manuver pesawat tempur F/A 18 Hornet Juli 2003 di perairan Bawean antara pulau Madura dan Kangean menuju Selat Lombok menyadarkan bangsa akan pentingnya kekuatan kapal perang untuk mengamankan lautan Nusantara. Bahwa bangsa lain berkepentingan secara ekonomi dan militer untuk memanfaatkan jalur pelayaran Barat-Timur Nusantara.

Lautan yang luas itu bukan menjadi penghalang, tetapi malah mempersatukan. Kepulauan Nusantara adalah untaian zamrud katulistiwa seperti dalam warna keemasan di ruang perenungan di dalam Monumen Nasional atau terlihat dari ketinggian kereta gantung di Taman Mini Indonesia Indah. Terdiri dari 17.508 pulau, besar dan kecil-kecil memanjang di sekitar garis Katulistiwa; Swarnabhumi, Jawadwipa, Tanjungnagara, Celebes, Karimata, Maluku, Bali, Nusa Tenggara, Papua, Derawan, Belitong dan Morotai. Wetar, Masalembo, Natuna, Anambas, Rote dan 9.634 lagi pulau yang anonym menunggu kreatifitas penduduk negeri Nusantara untuk sekedar memberi nama. Enam ribu gugusan pulau diantaranya belum ada manusia diatasnya. Dari Barat ke Timur sepanjang 6.400 kilometer, dari Utara ke Selatan sepanjang 2.500 kilometer. Dalam hitungan asset negara, maka Nusantara adalah sebuah kekayaan yang hampir tak bisa dinilai karena sangat kaya jumlahnya.

Syukurlah deklarasi “Wawasan Nusantara” Juanda 13 Desember 1957 telah mendorong ditetapkannya Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCLOS) pada tahun 1982 dimana sampai 12 mil laut dari pulau terluar adalah wilayah Nusantara yang menyebabkan luas wilayah bertambah 2,5 kali lipat. Bahwa konsep Nusantara adalah dua pertiga bagian berupa lautan yang seluas 3,1 juta kilometer persegi dan sepertiga bagian berupa daratan seluas 1,9 juta kilometer persegi dengan tambahan 2,7 juta kilometer persegi sebagai (ZEE) batas negara yang dihitung 200 mil dari pulau terdepan; Miangas, Dana, Benggala, Kelepon, dan Maratua. Sebuah keironisan setelah capaian membanggakan pasca Sumpah Palapa, Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan para pendahulu itu, negeri ini kehilangan pulau perbatasan seperti Sipadan dan Ligitan. Mahkamah Internasional memenangkan negara tetangga karena mereka memberikan penanganan efektif atas kedua pulau yang indah itu.

Bersambung ……

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama