MANCHESTER – Media besar di Inggris dituduh telah salah dalam memberitakan Romelu Lukaku sebagai seorang Muslim. Hal ini kian memperlihatkan maraknya upaya memunculkan opini tertentu di masyarakat tentang komunitas Muslim di negara itu, bahwa muslim digambarkan seorang yang eksklusif.
Pada Kamis (27/07) lalu, Media Inggris Daily Mail, The Sun, dan Mirror telah menyebut Lukaku sebagai seorang pesepakbola Muslim yang oleh sebab imannya, ia tidak dapat menerima penghargaan pemain terbaik dari sponsor minuman beralkohol, Heineken, pada tur pra-musim Manchester United di Houston Texas.
Padahal dari bukti-bukti yang ada memperlihatkan bahwa pemain Belgia tersebut merupakan seorang penganut Kristiani yang taat. The Independent menyebutkan beberapa hari kemudian, Lukaku pernah tampil dalam sebuah artikel yang diposting tahun lalu di Christian Today yang berjudul “Lima Pesepakbola Kristen Euro 2016.”
Penggemarnya di klub sebelumnya -Everton- juga menunjukkan bahwa Lukaku dapat terlihat secara rutin membuat gestur tanda salib di dadanya, sebuah ritual yang sering dilakukan oleh pesepakbola beragama Kristen. Bahkan cuplikan dari penampilan di tur AS pra musim ini menunjukkan Lukaku membuat simbol tersebut, dalam pertandingan-pertandingan yang dilalui MU.
Miqdaad Versi, Asisten Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris, yang sering mengoreksi surat kabar Inggris karena menerbitkan cerita yang tidak akurat tentang umat Islam, mempertanyakan bagaimana kesalahan mendasar seperti ini dapat muncul dan dibiarkan.
“Ketidakakuratan terbaru tentang isu yang berkaitan dengan umat Islam ini tampaknya disebabkan oleh jurnalisme buruk dari sebuah media (Daily Mail) dengan memuat cerita tanpa pengecekan yang kemudian direplikasi oleh media lain (The Sun dan Mirror) tanpa memeriksa fakta,” kata Miqdaad Versi.
Lukaku belakangan memang terlihat memelihara jenggot lebat sehingga menyerupai stereotipe tentang sosok seorang Muslim. Apalagi ia dikenal bersahabat baik dengan Paul Pogba, rekan setimnya di MU, seorang Muslim.
Lebih lanjut Miqdad mengatakan, “Kita patut bertanya bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi dan layak dianggap sebagai sebuah cerita? Apakah ini sebuah upaya media untuk menunjukkan bahwa seorang Muslim berbeda dan terpisah dari masyarakat lainnya (di negara ini)?”
Hingga tulisan ini dibuat, belum ada keterangan resmi dari media-media yang disebut di atas mengenai kesalahan dalam pemberitaan ini. (Gauzal/IwanY)
Lagi lagi media… Hadeeeeuh
Media besar spt itu kok bisa fatal salahnya ya …sengaja mgkin
Kita doakan ini menjadi asbab mendapat hidayah seandainya memang media salah memberitakan