MENU

Hadang Islamofobia, Google Perbarui Algoritma Mesin Pencari

WASHINGTON – Google telah memperbarui algoritma mesin pencarinya tentang Islam untuk menghalangi konten-konten propaganda dari kalangan anti-Islam yang dianggap menyesatkan dan provokatif.

Hal ini disampaikan perwakilan Google dalam sebuah postingan blog resminya yang ditunjukkan pada agen berita Anadolu Agency, Rabu (26/07).

“Untuk membantu mencegah penyebaran konten semacam itu, kami telah memperbaiki metode evaluasi kami dan membuat pembaruan algoritmik untuk menampilkan konten yang lebih otoritatif,” menurut blog tersebut.

Salah satu aktivis terkemuka yang mendukung Google untuk memodifikasi hasil pencariannnya, Imam Omar Suleiman, mengatakan kepada Anadolu bahwa dia mengapresiasi Google atas usahanya namun mengatakan “masih banyak yang perlu dilakukan”.

Imam Omar, yang telah berada di garis depan upaya untuk memerangi informasi yang menyesatkan tentang Islam di jaringan web, berpendapat bahwa Google dan perusahaan-perusahaan seperti itu memiliki tanggung jawab untuk memerangi “islamofobia yang penuh dengan kebencian” serupa dengan bagaimana mereka bekerja untuk menekan propaganda ekstremis dari kelompok seperti ISIS dan al-Qaeda.

Suleiman menggarisbawahi bahwa Google harus bisa membedakan antara “kritik Islam dan Islamofobia yang penuh dengan kebencian”.

“Google tidak perlu membungkam kritik terhadap Islam dan diskusi jujur tentang Islam, namun kelompok pembenci dengan dana tak terbatas dapat menjalankan SEO untuk mendapatkan situs web mereka muncul di halaman pertama dan kedua – saya pikir itu sangat bermasalah,” kata imam populer asal Texas tersebut, menunjuk pada optimasi mesin pencari dimana sebuah situs web dapat memperbaiki urutan tempat mereka di hasil penelusuran.

Tugas untuk menyortir kritik atau debat yang sah mengenai Islam dari informasi yang menyesatkan tidak akan mudah, terutama di masyarakat yang menghargai kebebasan berbicara – sebuah fakta yang Suleiman akui.

Google pun mengatakan kepada Anadolu bahwa pihaknya tidak berusaha untuk menghapus konten dari mesin pencariannya hanya karena tidak pantas atau tidak populer, namun melakukan yang terbaik untuk mencegah munculnya ucapan kebencian.

Di tengah meningkatnya kejahatan kebencian yang meluas di kalangan Muslim, upaya untuk memerangi informasi yang keliru lebih penting daripada sebelumnya.

Dewan Hubungan Amerika-Islam, kelompok advokasi Muslim terbesar di A.S., mengatakan bahwa mereka melacak peningkatan 584 persen kejahatan anti-Muslim dari tahun 2014 sampai 2016.

Informasi yang diterima orang dari berbagai sumber – televisi, radio dan internet – tidak diragukan lagi berperan dalam mengobarkan kebencian di antara beberapa orang yang melakukan serangan tapi juga bisa digunakan untuk menghentikannya.

Tetap saja, pada akhirnya Imam Omar berpendapat bahwa suara kebencian seperti itu tidak perlu disensor tapi “tidak boleh ditampilkan secara mencolok sebagai suara otoritatif.” (Gauzal/Hrn)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER