MENU

Prabowo, Jokowi dan Massa

Oleh: Dr. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle

Kedua, aksi massa itu memenuhi pikiran, misalnya, Tan Malaka, Mao Zedong dan Mutahhari, bahwa massa atau rakyat itu adalah sebuah eksistensi di luar individual. Sehingga keingingan massa adalah sebuah fakta sosial.

Mao dalam pandangan politik “Garis Massa” menyatakan bahwa kekuatan partai harus bertumpu pada massa, sehingga partai harus memuaskan keingingan massa. Di mana inspirasi harus diperoleh dari massa dan orientasi ideologi harus bertanggung jawab kepada massa rakyat.

Sedangkan Mutahhari, (dalam “Sejarah dan Masyarakat”) meyakini bahwa masyarakat itu sebuah eksistensi sendiri, yang mempunyai jiwa dan tujuan.

Terlepas dari determinisme ekonomi dibalik pikiran Tan Malaka dan Mao, gerakan massa yang massif, seperti 212, adalah selangkah dibelakang revolusi sosial. Suasana aksi yang tenang menurut Tan Malaka adalah sebuah kondisi subjektif. Sedangkan kondisi objektif, seperti parahnya ekonomi, akan mendorong revolusi itu nantinya. Tentu jika para pemimpin anarkis tidak punya kesempatan mensabotase keadaan ini.

Ketiga, terjadi “pentasbihan” leadership Prabowo dihadapan jutaan massa. Hal ini tentunya sebuah kesakralan peristiwa Reuni 212 kemarin, di mana massa yang selama ini bergerak dalam “social existence” sendiri atau di bawah payung Habib Rizieq, bertemu dengan Prabowo, sebagai “agent of change“. Ini juga sebuah peristiwa di mana fakta sosial atau “social structure” bertemu dengan “social agent“.

Dalam “pertemuan hati” dirinya dengan jutaan massa aksi, Prabowo tentunya mengalami transformasi spiritual dari kandidat Capres dalam konteks demokrasi liberal, yang penuh pencitraan dan tipu daya, menjadi pemimpin rakyat, yang terikat pada spritualitas sosial.

Peristiwa sosial 212, adalah peristiwa besar yang akan mempengaruhi jalannya nasib bangsa ke depan. Jika tidak tepat arah perjalannya, maka letupan sosial seperti yang saat ini terjadi, misalnya, di Prancis, bisa juga terjadi di sini.

Prabowo harus mentransformasi dirinya secara total sebagai panutan rakyat. Ini adalah tugas berat, di mana institusi politik Prabowo, Gerindra, dan sekutunya, PAN & PKS, harus melakukan kontrak sosial dengan rakyat secara ideal. Sebuah upaya idealisasi partai.

Dari ketiga alasan di atas, peristiwa sosial 212, adalah peristiwa besar yang akan mempengaruhi jalannya nasib bangsa ke depan. Jika tidak tepat arah perjalannya, maka letupan sosial seperti yang saat ini terjadi, misalnya, di Prancis, bisa juga terjadi di sini.

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER