Menurut penulis, pemberian gelar pahlawan kepada Maulana Syeikh merupakan salah satu manuver politik Jokowi untuk menarik hati masyarakat NTB untuk pemilihan presiden pada 2019. Masyarakat NTB sangat mengidam-idamkan ada tokoh yang bisa menjadi pahlawan nasional, maka Jokowi tidak membiarkan kesempatan itu hilang dan memberikan hadiah istimewa kepada penduduk NTB.
Maulana Syeikh merupakan pendiri organisasi Islam yakni Nahdlatul Wathan (NW) pada 1 Maret 1953 bertepatan dengan 15 Jumadil Akhir 1372 Hijriyah. NW merupakan organisasi yang sangat berpengaruh di NTB selain Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Dalam sejarahnya, Maulana Syeikh merupakan tokoh Islam Indonesia yang cerdas pada zamannya. Beliau adalah salah satu orang Lombok yang beruntung dilahirkan di kelurga mampu sehingga bisa mengecap pendidikan ke Mekkah sejak 1923-1934, tepatnya di Madrasah al-Shaulatiyah.
Di madrasah tersebut Maulana Syeikh hanya perlu waktu 6 tahun untuk menyelesaikan studinya itu dan lulus dengan predikat lulusan terbaik. Padahal waktu normal belajarnya mencapai 9 tahun.
Selain Maulana Syaikh, pendiri NU KH Hasyim Asy’arie dan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan juga pernah mengenyam pendidikan agama Islam di Madrasah al-Shaulatiyah. Madrasah al-Shaulatiyah merupakan madrasah pertama sebagai permulaan baru dalam pendidikan Arab Saudi.
