Karena mendaku dirinya sebagai negara adidaya dengan kekuatan militer tanpa-tanding, Bank sentral AS, atau the Fed, bisa mencetak uang kertas US Dollar sebanyak apapun out of nothing. Bahkan kehadiran tentara-tentara AS beserta semua kekuatan militernya di seluruh dunia dibiayai dengan US Dollar ini.
Bank Sentral negara-negara lain juga boleh mencetak uang kertas mereka masing-masing, tapi dalam praktek perdagangan internasional, uang kertas selain US Dollar dan sekutunya (seperti Poundsterling Inggris) hampir-hampir tidak berharga di AS dan negara-negara sekutunya tersebut. Namun karena US Dollar (melalui kesepakatan AS dan Arab Saudi) berhasil dikaitkan dengan minyak menjadi PetroDollar, hanya US Dollar yang kemudian layak disebut uang atau hard currency.
Kita nyaris bisa membeli apapun di planet ini dengan membawa US Dollar, tapi kita tidak bisa membayar secangkir kopi Starbuck seharga USD5.0 di Manhattan, New York dengan sejuta atau semiliar Rupiah sekalipun.
US Dollar adalah instrumen penjarahan Amerika Serikat pada para “mitra” (sejatinya adalah korban penjarahan AS) dagangnya. Para mitra dagang AS dipaksa mengeruk sumberdaya alam dan jasa hingga kering keringatnya, namun AS cukup membayarnya dengan mencetak US Dollar out of thin air.
Setiap Pemerintah yang sadar akan hal ini, namun membiarkannya berlangsung terus adalah Pemerintah negara yang terjajah, bukan negara merdeka tapi negara boneka, kalau bukan kaki tangan AS. Padahal Presiden berkewajiban melaksanakan konstitusi secara murni dan konsekuen untuk melindungi seluruh warga negara dan tumpah darah Indonesia.
Praktek riba inilah pangkal semua masalah umat manusia di abad yang dengan congkak disebut super modern digitalik ini. Padahal ini adalah zaman ripping-off demonik dalam skala global. Hampir tidak ada sejengkal tanah di planet ini yang lepas dari praktek riba.
Himbauan Presiden Jokowi untuk melepas US Dollar tentu perlu kita dukung agar berani mengambil langkah lanjutan untuk melepaskan RI dari jebakan hutang ribawi.
Harap dicatat bahwa siapapun yang masih mengaku beriman saat ini, apapun agamanya, jangan terlalu yakin masih berharap masuk surga selama masih terlibat dalam riba sekecil apapun. Ketahuilah bahwa Allah dan RasulNya telah menyatakan perang pada pelaku riba. Dan dari sejarah panjang kemanusiaan kita, kita tahu kita telah kalah.
Jatingaleh 9/9/201