Khilafah Nubuwwah, atau Khulafaurrasyidin, berlangsung 30 tahun setelah Rasulullah wafat. Pada rentang waktu itu, ada empat khalifah seperti yang tertera dalam sejarah.
Namun, di akhir zaman, akan muncul khilafah yang sifat-sifatnya seperti Khilafah Nubuwwah. Saat itu, akan turun Nabi Isa yang membantu kaum muslimin memerangi Al Masih Ad Dajjal yang datang bersama bala tentaranya dari golongan Yahudi Ashfahan.
Sudah banyak yang mengaku sebagai pihak khilafah, seperti kaum syiah, atau sebagian dari ahlu sunnah. Bahkan, sebagian memperjuangkannya sebagai landasan pergerakan, dan menganggap bahwa khilafah perlu diperjuangkan.
Namun, jika khilafah akhir zaman itu dianggap memiliki sifat-sifat khilafah nubuwah, seharusnya kemunculannya juga seperti khilafah nubuwah, dan tidak ada proses memperjuangkan khilafah. Syiah contohnya, sudah lebih dahulu menganggap khilafah akhir zaman ada di pihak mereka.
Meyakini tentang khilafah akhir zaman ini, bahkan “merasa” bagian yang memperjuangkannya, sah-sah saja. Tetapi kalau kemudian merasa bahwa jalan yang mereka ambil adalah yang paling benar, maka sesungguhnya telah masuk ke dalam kebanggaan kelompok yang menyesatkan.
Bisa saja yang terjadi, yang memperjuangkan khilafah kemudian menolak berbaiat kepada orang yang ditakdirkan menjadi imam kaum mukminin, karena bukan dari golongannya. Batas antara terlalu percaya diri menyebut “pejuang khilafah” dengan kebanggaan golongan sangatlah tipis.
Bukan berarti di luar mereka lebih baik. Asal sudah merasa “paling beriman”, maka rawan terjerumus fitnah paling dahsyat di akhir zaman : Al Masih Ad Dajjal.
Imam Abu Dawud dalam Sunannya meriwayatkan hadits dari Imran bin Husain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Barang siapa mendengar ada Dajjal, hendaklah ia bersembunyi darinya. Karena, Demi Allah, ada seseorang mendatanginya dan ia mengira bahwa ia benar-benar beriman, lalu ia mengikutinya, karena banyaknya syubuhat (kesamaran) yang menyertainya.” (HR. Muslim, Ahmad, dan Al-Hakim. Syaikh Al-Albani mensahihkannya dalam Shahih Sunan Abi Dawud)
Zaman ketika Dajjal muncul adalah zaman Khilafah Minhaj Nubuwwah tegak. Hanya dua pihak itu pilihan bagi seorang muslim. Dan dalam hadits itu menegaskan bagi yang merasa beriman pun bisa tidak berada di pihak khilafah.
Maka, hanya pertolonganNya yang bisa menyelamatkan keimanan seseorang. Sikap yang terbaik, pasrah dan memohon dengan sungguh-sungguh agar dihindarkan dari fitnah Dajjal. Bukankah Rasulullah sudah mengajarkan doa dalam salah satu bacaan shalat? Mengapa tak bersikap rendah hati sebagaimana inti doa tersebut?