Syaifulloh*
Kebenaran pasti nampak dari pandangan mata siapa saja yang bisa melihat kejadian berdasarkan pada undang-undang berlaku secara universal pada lingkup kehidupan manusia sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat. Kondisi yang disepakati secara tertulis dan menjadi dasar hukum bagi setiap warga negara.
Melihat kebenaran dengan kebenaran merupakan cahaya yang mudah bagi setiap orang. Anggapan yang begitu sederhana untuk mempertimbangkan kebenaran dari sudut nurani yang terdalam. Suatu sudut yang memberikan pantulan pendapat kebenaran yang mampu di implementasikan oleh siapapun.
Bila melihat kejadian-kejadian sekarang melalui berbagai media tentunya bisa dilihat bahwa banyak keputusan yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan menunjukkan abai terhadap janji yang pernah disampaikan di saat kampanye. Berpuluh-puluh janji yang diberikan untuk menjadi buaian kepada rakyat agar bersimpati dan memberikan pilihannya.
Janji-janji kampanye yang membuat terbuai dan memberikan hipnotis kepada dambaan pemimpin yang dapat lebih mensejahterakan rakyat dan dirasakan manfaatnya memiliki pemimpin sesuai dengan kebutuhan rakyat yang sudah mulai menggelepar akibat berbagai macam kenaikan kebutuhan hidup.
Untuk memudahkan ingkar janji yang paling mudah dilakukan dengan menurunkan daya ingat. Menurunkan daya ingat bisa dilakukan dengan cara yang sangat mudah, dengan cara pura-pura tidak tahu apa yang ditanyakan oleh orang yang bertanya. Pura-pura lupa dengan menanyakan balik kepada penanya tentang apa yang ditanyakan.
Teknik daya ingat menurun ini sangat diperlukan oleh siapapun yang pernah berjanji dan tidak bisa merealisasikan janji-janji itu. Dengan menggunakan teknik ini dapat menolong sesaat kepada orang yang menagih janji. Tapi akibat menggunakan teknik daya ingat menurun malah bisa menjadi blunder pada masa yang akan datang.
Tingkat kepercayaan orang akan semakin menurun akibat menunggu lama janji-janji tebar pesona yang dilakukan dengan berbagai macam Program yang ditawarkannya. Program yang seolah-olah dirancang untuk berbagai macam kesejahteraan masyarakat luas tapi kenyataannya masyarakat semakin tercekik dan menjerit sampai merintih-rintih agar dapat pertolongan dari sang penolong.
Akibat dari daya ingat menurun akhirnya yang berharap hanya dapat harapan palsu. Harapan palsu membuat hati semakin pilu, menunggu kepastian yang tidak pasti kapan datang kepastian itu.
Untuk mendukung daya ingat yang menurun diperlukan daya bohong yang meningkat agar semua yang dilakukan untuk meneliti janji yang tidak terealisasi bisa ditutup-tutupi. Untuk memudahkan peningkatan daya bohong ini dibutuhkan suporter dari berbagai macam golongan dan berbagai macam cara untuk dapat dukungan yang signifikan.
Ada tetiba goblok secara berjamaah dengan menggebu-gebu membela tanpa menggunakan data dan fakta yang signifikan. Hanya untuk menyenangkan junjungan menggunakan berbagai macam lendapat dan survey dengan hasil yang justru berbalik dengan kenyataan yang dipahami masyarakat.
Tetiba orang yang dulu dianggap pintar dengan berbagai argumentasinya berubah seperti orang yang tidak punya pegangan hidup. Banyak menggunakan pendapat agar tidak mengurangi pendapatannya dengan mengorbankan idealismenya. Pendapatan yang diperoleh dari lendapat dengan menggunakan metodologi-metodologian sesuai keinginan yang disenangkan.
Kebohongan akan semakin meningkat terus dan menjadi gejala sosial yang wajar apabila kebohongan ini teru mendapat dukungan dari berbagai macam suporter yang berapi-api mendukung dengan berbagai macam argumentasinya agar dipercaya publik.
Kebohongan terus meningkat dan membesar apabila orang baik yang memberikan kritik dan saran justru menjadi sasaran amuk di dunia maya oleh sekelompok orang dan segerombolan orang yang dimobilisasi untuk menjatuhkan martabat orang tersebut dengan cara diberondong ramai-ramai di dunia maya oleh akun-akun bodong.
Daya upaya untuk melanggengkan kekuasaan dengan berbagai macam cara bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kekuatan. Kekuatan yang dibangun bersama-sama untuk memperoleh dukungan dari siapapun yang mau mendukung dan mengusung. Dukungan nyata, setengah nyata, tidak nyata setiap saat didengungkan agar tetap mencapai tranding topik yang diinginkan oleh para penyanjungnya.
Sampai-sampai penggunaan otak kiri, otak tengah dan otak kanan sulit diprediksi dan diukur pendapatnya oleh siapapun. Penggunaan otak yang rasional jadi tidak rasional seperti kerbau dicunguk hidungnya yang hanya bisa mengikuti kemana diseret dan dituntun oleh sang junjungan.
Semua yang berperan dan memerankan diri untuk daya upaya membantu melanggengkan kekuasaan terus berjibaku mencapai tujuan sesuai peran masing-masing. Ada yang berperan mengkriminalisasi, ada yang berperan melaporkan, ada yang berperan menghujat melalui media dan berbagai macam peran sesuai kebutuhan agar bisa meraih tujuan.
Ironis sekali bila berbagai pola semacam ini terus dilanggengkan dan dipertontonkan kepada para generasi penerus bangsa yang setiap hari bisa melihat tingkat permusuhan yang sudah mengkhawatirkan dan semakin meningkatkan sifat individualis serta pragmatis yang sudah menjalar kemana-mana. Bila pola ini diteruskan, bisa jadi prediksi kehancuran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah semakin mendekati kenyataan. Mari kita tunggu dan saksikan bersama drama melodi semua ini.
*Penikmat Pendidkan