Sila pertama itu adalah ekspresi iman. Dan iman itulah yang mewarnai keempat pasa lainnya. Tatakrama kehidupan dan kemanusiaan dibangun di atas keadilan dan peradaban. Persatuan dalam perbedaan yang dibangun di atas semangat gotong royong. Demikian pula kehidupan kolektif kebangsaan itu (kerakyatan) diilhami oleh iman. Dengan kata lain, demokrasi Indonesia itu tidak seharusnya mengikut penafsiran demokrasi orang lain. Tapi demokrasi yang tetap diikat oleh nilai-nilai ketuhanan tadi. Dan akhirnya keadilan sosial (social justice) juga diperjuangkan untuk seluruh masyarakat karena itu menjadi tuntutan keimanan (Ketuhanan) tadi.

Pemuda-pemudi bangsa ini jangan pernah dilepaskan dari ikatan iman mereka. Konsep ateisme dan komunisme misalnya menjadi racun bangsa. Dan karenanya harus menjadi musuh bersama (common enemy) bagi seluruh elemen bangsa.

Semua bermula dari hati

Kekuatan iman itu ada pada tatanan hati dan jiwa. “Wa robathna alaa quluubihim idz qaamuu faqaaluu Rabbuna Rabbus samawati wal-ardhi….” (Dan Kami kuatkan hati-hati mereka, ketika mereka berkata: Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi…).

Dengan hati yang kuat semua menjadi mudah dan indah. Dengan hati yang kuat, orang-orang miskin menjadi kaya dan mulia. Tapi jika hati bobrok orang kaya akan miskin dan terhina.

Oleh karenanya benahi hati. Karena jika hati sehat dan bersih hidup menjadi sehat dan bersih. “Sungguh pada diri manusia ada segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh amalannya. Tapi jika rusak maka rusaklah seluruh amalannya. Itulah dia hati” (hadits).

Jika kita perhatikan berbagai kerusakan dan penyelewengan yang terjadi dalam hidup manusia, semua disebabkan oleh kerapuhan hati dan jiwa manusianya. Memang ada yang mencuri ayam karena kelaparan. Tapi umumnya perampokan kekayaan negara dilakukan oleh mereka yang berpunya. Bukan karena dipaksa oleh situasi. Tapi memang karena hatinya rapuh, gagal menolak godaan nafsu duniawi.

Pemuda-pemudi bangsa ini akan membaik dengan perbaikan hati. Jagalah hati mereka dengan menciptakan lingkungan yang baik. Dan itu menjadi tanggung jawab semua pihak. Dari rumah tangga, sekolah-sekolah, rumah-rumah ibadah, teater-teater, hingga ke parlemen dan istana negara. Semua harus mengambil bahagian dalam menciptangan lingkungan yang baik.

Sebab dengan lingkungan yang baiklah, hati kaum muda bangsa ini akan terjaga. Insya Allah.

(Bersambung).

Ditulis oleh:

Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama