Itulah barangkali rahasianya ketika sebuah komunitas atau bangsa akan dirusak maka target pertama adalah kaum mudanya. Pada bangsa yang menjadi target itu akan terjadi pengrusakan moralitas pemudanya. Perhatikan ketika pergaulan bebas, miras dan narkoba, kehidupan malam menjadi “trade mark” kemajuan bangsa itu.
Hal ini pulalah hendaknya menjadi perhatian semua pihak di negara Muslim terbesar dunia ini, Indonesia. Berbagai fenomena immoralitas dikampanyekan, dari pemikiran liberalisme yang memandang aturan-aturan agama (moralitas) sebagai beban, hingga dukungan kepada LGBT yang dianggap bagian dari HAM, serta merebaknya pasar narkoba yang berton-ton dari luar negeri.
Semua itu tujuannya jelas, melakukan upaya-upaya desktruksi moralitas bangsa, khususnya kalangan anak-anak muda.
Dan karenanya sejarah mencatat pemudalah yang akan berada di garis terdepan untuk membentengi sebuah bangsa dari kehancurannya. Jika pemuda masih sadar akan tanggung jawabnya, maka selama itu pula sebuah bangsa masih ada harapan.
Iman itu kunci
Untuk pemuda memainkan peranan dan tanggung jawabnya, iman menjadi kunci terpenting. “Innahum fityatun aamanu bi Rabbihim wa zidnahum huda” (sungguh mereka adalah pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, maka Kami (Tuhan) menambahkan mereka dengan keimana).
Ayat di Surah Al-Kahf itu jelas menggariskan bahwa iman bukan hiasan pelengkap dalam hidup dan perjuangan. Tapi menjadi dasar dan landasan dalam perjalanan hidup dan juang. Imanlah yang menentukan warna perjalan hidup dan arah perjuangan manusia.
Maka dalam dunia yang penuh tantangan hidup dan fitnah ini, iman harus dijadikan moral utama dalam setiap nadi pergerak hidup pemuda bangsa ini. Dalam konteks nasional kebangsaan, Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara.