Saat ini banyak manusia yang menuntut agar “berhak segalanya”. Apapun yang dikehendaki tak boleh dilarang, dengan sekedar alasan “tokh, tidak ganggu orang lain”. Maka, jika ada yang memilih orientasi seksualnya kepada sesama jenis, mereka anggap tidak boleh ada seorangpun yang melarangnya, termasuk Tuhan. Sesungguhnya dengan demikian mereka menjadikan dirinya sendiri sebagai tuhan.
Manusia memang memiliki kehendak bebas. Tapi, kehendak itu dari mana? Mereka ciptakan sendiri sejak belum dilahirkan? Juga, bisakah kehendak bebas itu menghentikan maut mendatanginya? Terbukti tidak. Kehendak bebas tetap terbatas.
Lebih lanjut, apakah manusia benar-benar mengendalikan dimana dia dilahirkan, dimana dia dimatikan, bumi mana yang disediakan? Mengapa mereka tidak ciptakan bumi lain sendiri? Dan apakah setelah tahu demikian menganggap Tuhan tak punya hak terhadap dirinya? Jika manusia tidak mau tahu hal-hal tersebut, maka telah dengan sengaja menutup dirinya dari sesuatu yang benar, demi memuaskan kehendak hatinya.
Adapun bagi orang-orang yang tidak percaya adanya tuhan karena mereka anggap dunia ini muncul secara kebetulan, sama saja mereka menganggap “kebetulan” adalah tuhan mereka. Apakah “kebetulan” mampu menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada sama sekali?
Maka, siapapun yang memperjuangkan HAM tanpa melihat Hak Tuhan, sama artinya mengkerdilkanNya, atau bahkan meniadakanNya. Seharusnya orang-orang yang demikian itu berhenti jadi manusia ciptaan Tuhan dan menjadi manusia ciptaan mereka sendiri, jika mereka mampu.
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَٰتًا فَأَحْيَٰكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?



