MENU

Penutupan Bandara Yaman Telah Akibatkan 10,000 Orang Tewas

SANAA – Penutupan bandara internasional di kota Sanaa, Yaman, sejak setahun lalu telah mengakibatkan korban tewas hingga 10,000 orang. Demikian disampaikan kelompok aktivis Norwegian Refugee Council (NRC). Kelompok hak asasi manusia tersebut bergabung dengan 14 organisasi bantuan lainnya yang meminta pihak-pihak yang berperang di Yaman untuk membuka kembali bandara utama negara tersebut pada hari Rabu (9/8).

Penutupan bandara selama sepanjang tahun tersebut telah menghambat aliran bantuan dan mencegah ribuan pasien untuk terbang ke luar negeri untuk menjalani perawatan untuk menyelamatkan jiwa mereka.

“Penutupan akses perjalanan udara telah mengakibatkan ribuan pasien rumah sakit Yaman yang seharusnya bisa disembuhkan menjadi meninggal karena penyakitnya itu,” kata Mutasim Hamdan, direktur NRC di Yaman, dalam sebuah pernyataan yang dikutip AlJazeera.

Hamdan mengemukakan bahwa tanpa akses terhadap perjalanan komersial yang aman, orang-orang Yaman tidak memiliki akses perawatan medis kritis.

“Hasilnya sangat menghancurkan. Ribuan wanita, pria dan anak-anak yang bisa diselamatkan kehilangan nyawa mereka,” lanjutnya.

Koalisi Negara Arab yang dipimpin Arab Saudi melakukan intervensi dalam konflik Yaman pada tahun 2015 untuk mendukung pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional. Mereka mengendalikan wilayah udara di Yaman. Bandara Internasional Sanaa ditutup pada 9 Agustus tahun lalu sehingga meninggalkan banyak orang Yaman tanpa sarana transportasi yang aman di dalam atau di luar negeri, diungkap oleh NRC.

Mengutip angka PBB, NRC memperkirakan 7.000 orang Yaman pergi ke luar negeri dari Sanaa setiap tahunnya untuk perawatan medis sebelum konflik terjadi. Kini, jumlah orang yang membutuhkan layanan kesehatan di luar negeri meningkat menjadi sekitar 20.000 per tahun selama dua tahun terakhir dengan adanya kekerasan yang terjadi di negara tersebut, kelompok tersebut menambahkan.

NRC menceritakan kisah Muhammad, yang ayahnya, yang membutuhkan perawatan mendesak di luar negeri, meninggal setelah melakukan perjalanan selama lebih dari 24 jam melalui jalan darat menuju Bandara Seiyun di Yaman selatan.

“Para dokter mengatakan bahwa berbahaya baginya untuk melakukan perjalanan jauh-jauh ke sana dan dia mungkin akan mati dalam perjalanan, tapi itu satu-satunya pilihan kami,” kata Mohammed seperti dikutip dalam pernyataan NRC.

“Kami harus melewati banyak pos pemeriksaan, tapi perjalanannya terlalu banyak untuk ayahku.” Selain korban tewas akibat penyakit, 10.000 orang lainnya tewas dalam serangan kekerasan dan lebih dari tiga juta orang mengungsi sejak konflik dimulai, menurut PBB. (Gzl/IwanY)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER