SINGAPURA – Halimah Yakob akan dilantik menjadi Presiden wanita pertama dalam sejarah Singapura. Ia akan menggantikan Tony Tan yang masa jabatannya berakhir pada tanggal 31 Agustus lalu. Apabila nominasi ini berjalan lancar, muslimah berhijab itu akan mulai mengisi posisi tersebut Kamis (14/9) pekan ini.

Pemilihan Presiden Singapura kali ini, untuk pertama kalinya, dibatasi untuk kandidat dari komunitas Melayu. Sehingga hal ini menutup pintu bagi kandidat dari komunitas lain yaitu Tionghoa dan India. Kebijakan berbasis ras ini mengundang kontroversi ini di kalangan publik Singapura namun diterapkan dengan tujuan memperkuat keterbukaan di negara multikultural tersebut.

“Ini menunjukkan bahwa kita tidak hanya berbicara tentang multi-rasialisme, tapi kita membicarakannya dalam konteks meritokrasi atau kesempatan bagi semua orang, dan kita benar-benar mempraktikkannya,” ujar Halimah, berbicara sebelum pencalonannya.

Sebelum maju menjadi calon Presiden, Halimah Yakob menjabat sebagai Ketua Parlemen Singapura. Ia memegang jabatan tersebut sejak 2013 dan merupakan wanita pertama yang berada di posisi tersebut di Singapura. Pengalaman di parlemen secara otomatis membuatnya memenuhi syarat untuk mencalonkan diri menjadi Presiden Singapura, yang mensyaratkan para kandidat untuk memiliki pengalaman di pemerintahan atau memimpin perusahaan swasta senilai SD 500 Juta.

Dua kandidat lain yang lolos seleksi etnis berasal dari kalangan swasta. Namun mereka tidak dapat melanjutkan karena perusahaan yang mereka pimpin memiliki nilai lebih rendah dari batas minimal yang ditentukan. Mengenai kemenangan tanpa pemilihan tersebut, dia berkata, “Saya hanya dapat mengatakan bahwa saya berjanji akan melakukan yang terbaik, untuk merawat dan melayani rakyat – dan itu tidak mengubah apakah ada pemilihan atau tidak ada pemilihan,” dikutip dari media Today Online.

“Hasrat saya untuk melayani masyarakat Singapura tetap sama. Saya tetap berkomitmen penuh untuk melayani Singapura,” pungkasnya. (Gzl/Efka)