SERUJI.CO.ID – Suara bising hasil pukulan besi saling bersautan diruangan yang tidak seberapa besar tersebut. Dengan telaten Legiyono (49) dan ke enam karyawannya mengolah lapisan besi menjadi berbagai bentuk alat musik tradisional dalam berbagai bentuk mulai dari gong, kenong, hingga menjadi satu set alat gamelan.
Pria asal Pelem Lor, Baturetno, Banguntapan, Bantul, ini merupakan penerus usaha pembuatan gamelan yang sebelumnya sudah ditekuni oleh ayahnya. Karena tidak ingin mengecewakan, meski berat akhirnya ia pun mengikuti saran orangtuanya.
“Bapak saya mulai ngajakin untuk lihat cara buat gamelan. Saya awalnya cuma ikut-ikut bantu bapak saja, ya itu mulai tahun 2005 saya di sini, bantu bapak buat gamelan,” ujar Legiyono saat ditemui SERUJI di kediamannya, Rabu (20/9) siang.
Setelah ayahnya wafat di tahun 2013, suami dari Dwi Wahyuningsih dan bapak 3 orang anak ini secara resmi memegang kendali usaha gamelan ini, dengan dibantu 15 orang karyawan, ia pun terus mengembangkan usahanya.
“Kalau saya sendiri mulai sejak tahun 2013, awalnya usaha keluarga ini saya tekuni bersama kakak saya namun akhirnya kami memilih untuk mengembangkan usaha ini masing-masing,” ujar Legiyono.
Legiyono mengatakan untuk pesanan, ia merupakan langganan dari berbagai instansi pemerintah yang ada di Yogyakarta. Dengan bahan baku yang melimpah di Yogyakarta, ia tidak kesulitan untuk memenuhi pesanan tersebut.