Purnawirawan Jenderal dengan nama lengkap Jenderal TNI Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono GCB AC yang lahir di Pacitan, 9 September 1949 merupakan Presiden Republik Indonesia yang Ke-6. Presiden dengan senyum dan gaya yang sangat khas membuat kawan-kawannya makin dekat dan lawan-lawan juga menjadi segan. Pengalamannya dalam birokrasi sangatlah mumpuni dengan ikut tergabungnya dalam jajaran Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Persatuan Nasional. Kemampuan dalam manajemen diakui dengan pengangkatan beliau sebagai Menteri Negara Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan.
Dengan dasar pendidikan militer yang kuat dan termasuk sebagai lulusan terbaik dari Akademi Militer membuat beliau menjadi orang yang kuat mentalnya dan sangat taktis dalam melakukan tindakan atau penyelesaian suatu masalah. Bahkan kesan militer seperti terkikis saat beliau bertemu dengan rakyatnya.
Keramahan beliau dalam berpolitik juga tidak meragukan, tidak dengan tergesa-gesa atau meledak-ledak memberikan perlawanan jika dipojokkan. “Politik Santun” adalah istilah yang sangat populer dalam beliau berpolitik. Bahkan pengkhianatan dari kawan-kawannya dalam berpolitik dibalas tidak dengan “kebencian” tapi dianggap sebagai proses pendewasaan berpolitik. Dan pada akhirnya mereka yang meninggalkan beliau tetap menjadi kawan meskipun dalam partai politik yang berbeda.
Dengan Partai Demokrat sebagai kendaraan politiknya, beliau mampu menarik simpati masyarakat dan menjadikan beliau sebagai Presiden RI yang memimpin selama 2 periode setelah reformasi. Beliau juga menjadi presiden yang setelah purna tugas masih dielu-elukan meskipun datang sebagai pribadi bukan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Partai Demokrat tetap sebagai partai yang diperhitungkan dalam kancah politik negeri ini. Badai korupsi yang menimpa pengurus kepartaiannya, bahkan menimpulkan kekisruhan antara pengurus yang satu dengan yang lain dapat diselesaikan secara perlahan sebagaimana seorang bapak yang menyelesaikan anak-anaknya yang berkelahi.
Keluarga beliau juga dapat dijadikan teladan bagi keluarga di negeri ini. Dengan keluarga yang harmonis yang digambarkan dalam kegiatan beliau saat melakukan kunjungan-kunjungan ke daerah. Keramahan beliau dalam keluarga di implementasikan secara utuh dalam berpolitik. Kekalahan dalam politik seakan-akan dimata beliau seperti sebuah proses yang dinikmati dan bukan sebagai “musibah/bencana” yang akan mengakhiri kehidupan.
Masih ingat bagaimana beliau menyanyikan lagu “Pelangi di Matamu” yang merupakan lagu milik Jamrud sebagai band dengan aliran rock. Beliau tak pernah memproklamirkan diri sebagai pengagum musik rock atau rocker. Syair lagu tersebut menyiratkan bagaimana sikap beliau dalam hidup ini. Sebagai manusia yang memilih diam dan berpikir untuk menyuarakan sesuatu yang padahal itu adalah sebuah kebaikan dan kejujuran.
Bapak Susilo Bambang Yudoyono benar-benar seorang politikus yang penuh keramahan dan kesantunan. Kemampuan beliau harus dijadikan teladan bagi para politikus muda yang akan terjun dalam kancah perpolitikan di negeri ini. Kepemimpinan dan keramahannya akan selalu dikenang oleh rakyat bangsa ini.