Baru saja pagi ini, Selasa (27/2), polisi melakukan penangkapan empat tersangka anggota grup Whatsapp bernama “The Family MCA” serentak di beberapa daerah. Menurut polisi, tersangka melakukan tindakan melawan hukum terkait ujaran kebencian dan pasal-pasal UU ITE.

Dalam laporannya, dijelaskan secara detail identitas pelaku beserta barang buktinya. Media massa kemudian memberitakan dengan berbagai judul, bahkan ada yang menggeneralisasinya, tanpa menyebut “The Family”. Sedangkan laporan polisi belum sampai tingkat penyelidikan tingkat lanjut apakah ada hubungannya dengan gerakan Muslim Cyber Army (MCA). Mungkinkah media punya data-data lain?

Secara tata bahasa, “The Family MCA” terdengar janggal, karena seharusnya The MCA Family. Bahkan, dua-duanya juga dianggap “tak terdengar” di dunia maya. Jika tiba-tiba muncul penangkapan terhadap mereka, muncul pertanyaan besar tentang siapakah mereka sebenarnya?

Kalau benar mereka kelompok sindikat, seperti yang salah satu media sebutkan, seharusnya canggih dan hati-hati. Sebutan “Cyber Army” itu bermakna punya kemampuan di dunia IT, sehingga aneh kalau tidak menguasai tata bahasa Inggris. Apalagi, para tersangka ditangkap berdasarkan percakapan di grup Whatsapp, yang artinya ada salah satu anggota grup membocorkan isi grup. Benarkah demikian?

Whatsapp memiliki fitur enkripsi end-to-end, termasuk diaplikasikan dalam grup. Artinya, pihak Whatsapp sendiri tidak tahu menahu isi percakapan dalam sebuah grup. Jika polisi mampu mengetahuinya, ada dua kemungkinan, pertama punya informan yang menyamar di dalam grup, atau memiliki tim peretas canggih yang mampu menyadap grup Whatsapp siapapun.

Menurut polisi, para tersangka diduga menyebarkan ujaran ujaran kebencian yang terkait sara dan agama. Namun, sejauh ini belum ada keterangan adanya bukti forensik digital yang menunjukkan ujaran-ujaran tersebut. Oleh karena itu, banyak yang merasa heran, mengapa tiba-tiba ada asap tanpa sama sekali ada api?

Yang menjadi pertanyaan besar berikutnya, dengan adanya berita tersebut muncul caci-maki serentak dari berbagai akun media sosial terhadap MCA. Bahkan, salah satu akun palsu hasil mencuri akun orang lain, @MustofaNahra, yang sudah diklarifikasi oleh pemilik aslinya bahwa telah dibajak, menggunakannya untuk menyebarluaskan permusuhan terhadap seluruh MCA, bahkan mengait-ngaitkan ke pihak tertentu. Akun palsu, kok dipercaya.

Maka, tidak heran bila banyak yang memberi sinyalemen bahwa “The Family MCA” ini adalah grup yang dibuat-buat untuk mendiskreditkan MCA, kemudian melaporkannya ke polisi. Tunggu saja perkembangan penyidikannya.

Apa itu MCA pun tidak semua orang paham. Jika itu gerakan, tidak jelas siapa yang menggerakkan dan siapa yang menjadi pimpinan. Orang-orang bahkan seenaknya sendiri menyebut dirinya MCA. Arti harfiahnya, “pasukan muslim di dunia maya”, tapi tak ada komando. Barangkali, ketidakjelasan ini membuat orang gampang mengaku-aku dan tak ada yang menuntut. Namun, karena ada kata “muslim”, potensial dirusak dengan fitnah. Nila setitik rusak susu sebelanga.

Maka, di zaman yang penuh kepalsuan ini (buktinya, banyak akun-akun palsu), berhati-hatilah berkomunikasi di dunia maya, dalam grup yang paling terlindung sekalipun, karena bisa jadi itu “jebakan betmen” yang diciptakan.

Tapi, paling mudah itu, jadilah orang yang jujur dan benar, dan selalu memperhatikan dari mana informasi itu berasal. Jangan mudah ikut sebar jika tidak benar-benar diketahui sumbernya. Terus pahami hukum dan patuhi.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama