Abu Dzar al Ghifari merupakan salah satu sahabat yang pertama memeluk islam yang disebut “assabiqunal awwalun”. Dia berasal dari bani Ghifar, sebuah suku yang terkenal sebagai penyamun. Merampok para kafilah di tengah belantara padang pasir adalah kejahatan mereka sehari-hari.
Abu Dzar al Ghifari meskipun berada di tengah lingkungan yang tidak kondusif seperti itu, namun beliau tetap punya nurani. Dia adalah orang yang menentang penyembahan berhala sejak sebelum islam sampai kepadanya.
Dan saat dia mendengar kabar tentang seorang utusan Allah yang menentang berhala maka hatinya langsung tertambat dan kakinya segera melangkah mencari sang utusan Allah tersebut yang tak lain adalah Muhammad SAW.
Abu Dzar al Ghifari meskipun tempat tinggalnya jauh dari mekah namun dia mampu menduduki urutan ke-6 pemeluk islam. Dan dialah orang yang pertama kali di bumi ini bersyahadat dengan sangat keras di Masjidil Haram, yang dengan itu berarti dia berani menghadapi resiko untuk diperlakukan dengan sangat keras oleh kaum kafir Quraisy.
Padahal pada saat itu fase dakwah masih pada tahapan sembunyi-sembunyi, dan dia juga sudah dipesan Nabi SAW agar jangan menampakkan keislamannya di muka umum sebab akan membahayakan jiwanya.
Namun karena latar belakang dia yang biasa hidup di lingkungan para penyamun yang pemberani, maka jiwanya tidak merasa takut dengan resiko tersebut. meskipun akhirnya terbukti setelah dia mengumandangkan syahadatnya di masjidil Haram maka seketika itu juga dia dianiaya oleh penduduk kafir makkah sampai dia pingsan.
Beruntung pada saat itu datang pertolongan dari Ibnu Abbas paman Rasulullah, beliau menggunakan kemampuan diplomasinya “wahai orang Quraisy, dia adalah orang dari bani Ghifar, dan kalian semua adalah kaum pedagang yang selalu melewati daerah mereka. Apa jadinya bila mereka tahu kalian telah menyiksa anggota keluarganya?”
Diingatkan seperti itu, merekapun melepasnya. Namun abu dzar tidak jera, keesokan harinya dia tetap saja berdakwah terbuka dengan mengingatkan dua wanita yang sedang menyembah berhala, sontak saja perbuatannya itu berakibat dia mendapatkan perlakuan yang sama oleh kaum kafir.
Atas dua kejadian tersebut Rasulullah SAW menyuruhnya kembali ke daerah asalnya untuk berdakwah disana. Dan abu Dzar menuruti perintah Nabi SAW, bahkan dia juga berdakwah kepada bani Aslam, kabilah tetangganya. Dua kabilah tersebut adalah momok bagi para kafilah dagang yang melewati wilayah padang pasir sebab aksi perampokannya.
Alhamdulillah beberapa tahun kemudian saat Nabi SAW sudah hijrah, dua kabilah tersebut menyusul Rasulullah di Madinah dalam kondisi sudah muslim. Mental berani yang bertahun-tahun mereka gunakan untuk menyamun ikut berhijrah menuju mental berani yang dipergunakan untuk dakwah fisabilillah. Dan Abu Dzar al Ghifari lah sang penuntun jalan dua kabilah itu menuju hidayah.