Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di seluruh wilayah Indonesia tinggal enam bulan lagi, tentunya kita sebagai warga negara akan menyambut dengan penuh kegembiraan pesta demokrasi ini. Harapan akan munculnya para pemimpin daerah yang baru atau bahkan pemimpin lama meneruskan program yang sudah berjalan.

ILC TV One yang ditayangkan hari Selasa, 9 Januari 2018 memberikan gambaran betapa cairnya koalisi yang selama ini kaku. Masyarakat yang sudah terkotak – kotak atau mungkin mengkotakkan diri sehubungan dengan kebijakan dari Dewan Pimpinan Pusat Partai yang didukungnya. Beberapa Partai Politik yang selama ini berseberangan dalam mengambil kebijakan terhadap kondisi sosial, politik dan ekonomi, sekarang bergandengan mesra mendukung calon kepala daerah dalam daerah tertentu. Bahkan beberapa partai yang selama ini mesra dalam berkoalisi, sekarang berhadapan dalam mengkampanyekan “jagoan” dalam pemilihan kepala daerah ini.

Masyarakat yang sudah terlanjur begitu fanatiknya dalam membela partainya atau bahkan ketua partainya secara langsung akan menjadi “galau”. Betapa tidak galau, beberapa waktu yang lalu, mereka meyerang partai yang berseberangan dengan berbagai cara sekarang partainya bergandengan dengan partai yang diserangnya.

Tentunya ini dijadikan pelajaran berharga buat masyarakat yang begitu beragam agama, suku dan bahasanya. Janganlah terlalu menghukumi terhadap sebuah keadaan yang terjadi. Perbedaan adalah keragaman yang harus dijaga harmonisasinya. Inilah sebuah proses pendewasaan kita untuk menjadi warga negara yang baik.

Di daerah yang jauh dari hiruk pikuk media sosial, yang mendapatkan informasi hanya dari Televisi dan Radio tentunya hal ini akan berakibat sangat baik untuk kerukunan. Mereka menyadari betapa pentingnya hidup bertetangga atau bermasyarakat. Beda partai bukanlah sebagai pembeda jalan hidup, sebagai muslim masih dapat berdiri dalam shaf salat yang sama, sebagai pemeluk nasrani masih dapat melakukan kebaktian dalam gereja yang sama, begitu juga agama yang lainnya.

Bahkan semakin marak lagi guyonan di masyarakat ketika berkumpul secara santai.

“Itulah yang membedakan antara PILKADA dan PIL KB, kalau PIL KB lupa maka akan jadi (maksudnya hamil), sedangkan PILKADA jika jadi kemungkinan akan lupa”.

Pemilihan Kepala Daerah bukanlah menjadi tujuan akhir dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara, inilah jadi awal dalam proses pembangunan daerah. Pemenang Pilkada menanggung beban amanat begitu berat dari masyarakat baik yang memilih maupun yang tidak memilihnya. Bahkan seharusnya bukan “Sujud Syukur” jika memenangkan Pilkada, tapi itulah realita yang terjadi saat ini. Memperebutkan tanggung jawab atau amanat dengan hal-hal yang terkadang tidak masuk akal.

Panasnya Pilkada mulai “meleleh” seiring dengan koalisi yang tidak kita prediksi sebelumnya. Pimpinan dan pengurus partai yang selama ini saling sindir dengan pernyataan, sekarang duduk bersama dengan satu tujuan untuk memenangkan pilkada dalam suatu daerah. Sebagai masyarakat dan pemilih dalam pesta demokrasi ini, pergunakan hak suara kita sebaik-baiknya. Berdoa dan memohon petunjuk pada Sang Pencipta, semoga apa yang menjadi pilihan kita adalah terbaik dari para calon pemimpin daerah.

Jadikan Pilkada ini pesta demokrasi yang nyata, bahwa kita sebagai masyarakat bersatu dalam keragaman. Perbedaan pilihan dalam memilih pemimpin daerah bukan lah sebuah permasalahan besar. Saling mengkritik jadikanlah sebagai budaya kasih sayang, sebagai wujud perhatian yang tidak dilandasi dengan niat untuk menjatuhkan atau bahkan membuka aib seseorang.

Semoga Majulah Daerah di Indonesia dan Majulah Indonesiaku….

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama