Terkadang kita luput memperhatikan sisi non materi ketika musibah melanda. Data statistik yang diungkap kebanyakan hanya korban materiil, berapa bangunan yang roboh, jembatan ambrol, rumah dan sekolah yang hancur serta jalan yang amblas dan rusak. Memang mengukur materi akan lebih mudah karena nampak jelas dan dapat dilihat siapapun.
Kerugian immateri biasanya hanya berkutat pada korban jiwa alias berapa korban yang meninggal, berapa yang sakit baik ringan maupun berat. Namun ada lagi kerugian immateri yang biasanya luput dari perhatian yaitu trauma akibat bencana yang mempengaruhi pribadi dan mental seseorang. Lebih lebih bagi anak kecil, bencana akan terekam begitu kuat dalam memori mereka. Apalagi kalau anak- anak mengalami kehilangan orang orang tercinta atau barang-barang yang amat disayanginya.
Untuk membantu pemulihan trauma pasca banjir, tim Lembaga Amil Zakat KPPN Pacitan melakukan kegiatan trauma healing bagi anak-anak usia taman kanak-kanak di desa plumbungan, Kecamatan Kebonagung. Kegiatan trauma healing ini diisi dengan mendongeng, mengajak anak-anak bernyanyi lagu-lagu islami dan berbagi bingkisan.
“Kegiatan ini merupakan bagian tanggung jawab sosial kita untuk membantu mengatasi trauma pasca bencana banjir bagi anak-anak. Harapannya , antara lain agar anak-anak segera pulih kembali semangat belajarnya meskipun mereka banyak yang tidak memiliki alat alat belajar karena terbawa banjir lalu” demikian diungkapkan ibu Yuli, koordinator relawan Laz Q KPPN Pacitan.
Diharapkan kegiatan semisal dapat dilakukan dilingkup yang lebih luas dan melibatkan lebih banyak stakeholder, organisasi relawan sehingga akan lebih menjangkau masyarakat korban bencana yang lebih luas. Yang membuat tim Laz Q terkejut, ternyata kegiatan trauma healing iniĀ juga dilakukan oleh relawan gereja bagi anak anak muslim korban bencana. Saatnya kita lebih peduli..! (sry/jateng)