SERUJI.CO.ID – Mitos: Makan banyak gula dapat menyebabkan diabetes. Benar: Diabetes disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan.
Gula sendiri tidak dapat menyebabkan diabetes, tetapi dapat membuat Anda menjadi gemuk, obes. Obesitas meningkatkan kemungkinan atau berkembangnya diabetes. Karenanya, menjaga berat badan dalam batas yang sehat sesuai dengan tinggi Anda dapat membantu mencegah diabetes tipe 2 (Living with Diabetes, Canadian Diabetes Association).
Gula, makan-minum yang manis-manis memang sering dianggap sebagai penyebab diabetes oleh sebagian masyarakat. Dalam praktik sehari-hari, ungkapan gula sebagai penyebab diabetes bukanlah hal yang aneh.
“Saya tidak makan-minum gula kok saya bisa diabetes, saya tidak makan-minum gula lagi kok gula darah saya masih tinggi” adalah beberapa contoh ungkapan itu.
Mitos yang beredar di tengah-tengah masyarakat ini bukannya tidak bermasalah. Saya pernah merawat beberapa pasien karena sudah tidak makan-minum gula lagi, mereka beranggapan gulanya tidak akan tinggi, seolah-olah diabetesnya sudah sembuh. Karena itu mereka agak enggan kontrol lagi, dan mereka akan bebas mengonsumsi apa pun, kecuali gula.
Nah, seperti yang saya kutip di atas, dari “Canadian Diabetes Association“, gula bukanlah penyebab langsung diabetes, tetapi apabila kita mengonsumsinya dalam jumlah yang banyak, dalam jangka lama dapat menyebabkan kita jadi gemuk, obes. Gemuk, obesitas ini seperti diketahui adalah salah satu faktor risiko diabetes melitus tipe 2. Obesitas adalah salah satu penyebab penting resistensi insulin.
Lalu, seperti diketahui juga bahwa diabetes adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan keadaan gula darah yang tinggi, bukan karena mengonsumsi gula, tetapi karena insufisiensi insulin. Produksi Insulin yang kurang dan/atau tidak berkerja dengan baik, tidak efisien.
Seperti diketahui, insulin berperan mengangkut gula darah dari pembuluh darah ke dalam sel. Insulin ini bekerja seperti anak kunci yang akan membuka pintunya melalui lobang kunci pada pintu-pintunya –insulin reseptor–ke dalam sel. Jika anak kunci dan kunci ini berfungsi dengan baik, pintu akan terbuka dan gula darah dapat masuk ke dalam sel. Tetapi bila anak kunci tidak cukup atau tidak ada sama sekali, seperti pada diabetes tipe 1, atau lobang kunci tidak baik seperti diabetes tipe 2, maka pintu tidak akan terbuka, gula darah tidak akan masuk ke dalam sel secara leluasa. Gula darah sebagian besar akan menumpuk dalam pembuluh darah.
Menurut para ahli, pada penderita diabetes melitus masalahnya bukan pada gula darahnya, tetapi pada insulin yang tidak dapat bekerja dengan baik. Dari tiga tipe diabetes melitus, diabetes Melitu tipe 1, tipe 2, dan diabetes melitus gestational, penyebabnya tidak ada yang sama.
Pada diabetes tipe 1, yang pada umurnya terjadi pada anak-anak, insulin boleh dikatakan tidak diproduksi oleh sel beta pankreas, bukan karena mengonsumsi gula, tetapi kerusakan sel beta pankreas karena sistem imun. Pada diabetes tipe 2, penyebabnya adalah produksi insulin yang tidak cukup dan/atau kerja insulin yang tidak efisien.
Sedangkan pada tipe diabetes gestational, penyebabnya sama dengan tipe 2, dan hanya terjadi pada masa kehamilan.
Meskipun demikian, walau mengonsumsi gula tidak jadi penyebab diabetes melitus, seperti disinggung di atas, akibat kebiasaan mengonsumsi gula yang banyak, lama, dapat membuat kita jadi gemuk, obes. Obesitas adalah salah satu faktor risiko diabetes melitus tipe 2.
Di samping itu, menurut Bernstein G, bila kita punya faktor genetik, turunan, mengonsumsi gula berlebihan dalam jangka lama dapat menyebabkan stres berlebihan juga pada sel beta pankreas. Stres ini dapat juga mengakibatkan sel pankreas seperti mengalami kelelahan.
Dan, selain itu, bila seseorang sudah menjadi penyandang diabetes, mengonsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan kadar gula darah cepat naik, dan sangat fluktuatif. Karena gula sangat cepat diserap oleh darah di dalam usus.
Gula darah yang tinggi dan fluktuatif ini mempersulit pengendaliannya, atau akan diperlukan obat dengan dosis yang lebih besar, Dan ini juga meningkatkan kemungkinan risiko komplikasi diabetes melitus.