Allah memberikan 2 hal kepada setiap orang : pertama, kapasitas ; kedua, otoritas.
Seorang asisten rumah tangga, punya kapasitas untuk membersihkan rumah milik majikannya. Dia tidak punya kapasitas bisa mengerjakan pekerjaan yang (hanya) bisa dilakukan oleh -misalnya- seorang gubernur.
Di sisi lain, asisten rumah tangga punya otoritas terhadap harta milik majikannya (yang seorang gubernur) ketika sang majikan tidak sedang berada di rumah.
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa sekecil apapun kapasitas yang dimiliki seseorang, dia -oleh Allah- tetap diberi peluang untuk bisa mengerjakan hal-hal yang besar.
Kesediaan seseorang menerima dan mengelola amanah secara benar dan baik, akan menjadi ukuran ketinggian dan kualitas seseorang di hadapan sang Khaliq.
Kalau ditanya selera dan kesenangan, sebenarnya saya lebih suka tetap jadi dosen seperti sekarang dibanding jadi seorang politikus. Jadi dosen itu resikonya kecil. Paling banter, ban dan bodi mobil dikempesi atau dipilok, kalau si mahasiswa saya kasih nilai E.
Persoalannya, perihal kapasitas dan otoritas bukanlah soal apa yang disukai tapi apa yang mungkin bisa diambil sebagai tanggungjawab. Sebab jika seseorang hanya memikirkan kesukaan dirinya (saja), lalu apa bedanya dia dengan seekor kambing yang hanya mau milih seikat rumput padahal pernah ditawari 1 kilo emas ?
Sekaitan dengan itulah mengapa saya mengenakan baju yang di photo ini. Ini bukan soal kesukaan saya. Ini soal memilih ladang perjuangan.
Baju yang saya kenakan ini bukanlah tujuan. Tapi ini menjadi baju yang bisa jadi simbol perlawanan untuk menyelamatkan Indonesia.
Menyelematkan Indonesia adalah bagian dari cara menyelamatkan manusia dan kemanusiaan -yang punya Tuhan, punya cita untuk mengadilkan manusia, punya nilai kebersamaan, punya nilai permufakatan, untuk tujuan menjemput namaNya al-Adl (adil) agar manusia semakin beradab bukan semakin hajap dan laknat.
Itulah manifesto politik pribadi seorang muslim -yang tembus sampai dimensi nanti dan disana. Saya tahu, resiko dari pilihan ini 100 milyar kali lebih besar dibanding sekedar dikempesin ban sama mahasiswa.
Akhirul Kalam, mari kita senantiasa berserah diri kepada Allah agar kehidupan yang kita jalani selalu dalam bimbingan dan kekuatan dariNya.
Aamiin allaahumma aamiin



