Mencapai Puncak Piramida Kematangan

Dalam piramida kematangan, organisasi BPK sedunia (INTOSAI) menjelaskan pasca pemberantasan korupsi, maka tugas SAI adalah meningkatkan transparansi, menjamin terlaksananya akuntabilitas, meningkatkan kualitas kebijakan pemerintah (increasing insight), dan memiliki visi ke depan yang lebih tajam agar dapat memberikan pilihan kebijakan terbaik bagi pemerintah (facilitating forsight). Maka salah satunya BPK perlu membuka kemungkinan mengintegrasikan pemeriksaan keuangan, kepatuhan dan kinerja dalam sebuah long form report dengan mendorong pemerintah membuat LAKIP yang lebih substantif agar bisa dinilai.

Sebagai “dokter yang secara berkala memeriksa kesehatan pengelolaan keuangan Pemerintah”, pada puncak piramida facilitating forsight ini BPK harus mampu memberikan early warning terhadap kemungkinan ancaman krisis ekonomi baru pasca krisis serupa tahun 1998. Ancaman laten ini dapat dipicu oleh berbagai penyebab, termasuk fenomena gelombang digitalisasi ekonomi dimana Bitcoin berada di dalamnya (Kompas, 28/2).

Untuk itu BPK perlu memiliki database pemeriksaan kinerja yang kuat, real time, serta terintegrasi dengan indikator-indikator makro pembangunan; IPM, indeks kebahagiaan, pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan ataupun inflasi, nilai tukar Rupiah, dan lainnya. Disambungkan dengan data kependudukan dan pengaduan masyarakat elektronik, database ini berguna bagi perumusan rencana strategis dan pemeriksaan individual yang mampu menangkap aspirasi pemangku kepentingan. Maka akan tercipta semacam command  control, ruangan pengendali level strategi dan taktikal sebuah “peperangan” untuk mewujudkan pemerintahan yang akuntabel menuju tercapainya cita-cita bernegara.

Pemeriksaan kinerja pada dasarnya mengikuti perkembangan teori dan praktik kebijakan publik sebuah negara. Di negara-negara maju, bergulirnya wacana New Public Management mendorong swastanisasi berbagai layanan pemerintah untuk mengejar efektifitas dan efisiensi, seperti contoh ekstrem pengelolaan penjara di Australia oleh swasta atau kontraktor keamanan swasta di Amerika Serikat. GAO pernah melakukan pemeriksaan kinerja untuk meminimalkan tumpang-tindih program yang sama di berbagai Kementerian yang menghasilkan penghematan luar biasa atau value for money, serta menyusun better practice guide yang bisa diacu oleh entitas pemerintah.

Berikutnya, BPK harus mampu melakukan scanning atas stakeholders-nya, agar paradigma pemeriksaan kinerjanya tidak terkotak-kotak. Untuk itu, selain mengejar kuantitas, diperlukan peningkatan kapasitas, baik di level manajemen maupun pelaksana audit kinerja melalui penyiapan SDM dengan passion dan multi-disiplin keilmuan. Harapannya terbentuk spesialisasi yang mencerminkan fungsi-fungsi dalam pemerintahan; keamanan, kesejahteraan rakyat, perekonomian, ataupun kemaritiman. BPK juga harus mampu memandang pemerintah sebagai entitas yang bukan saja cost center, namun juga revenue center secara seimbang, yang tercermin dalam rencana pemeriksaan.

Lebih lanjut, menurut survei google consumer barometer 2018, 91 persen orang dewasa Indonesia menggunakan mobile phone, dimana smartphone menyentuh 60 persen. Di tengah pertumbuhan tahunan 23 persen sosial media dan 30 persen mobile social, 71 persen orang Indonesia percaya teknologi baru ini menawarkan lebih besar peluang daripada resiko, dan 68 persen lebih suka menyelesaikan tugasnya secara digital. Publik baru, terutama generasi millenial lebih akrab dengan gawai dan internet. Maka BPK perlu menjangkau mereka melalui pengomunikasian hasil pemeriksaan secara lebih efektif melalui Facebook, Tweeter, Instagram, Whatsapp, dan bahkan Youtube.

Akhirnya, sebagai lembaga yang berdiri di atas kepercayaan publik, BPK bukan hanya dituntut minim kesalahan, namun mampu mengantisipasi perkembangan lanskap pemerintahan kedepan. Gelombang ketiga digitalisasi menghasilkan berbagai disruption, musuh tak nampak yang bisa membunuh perlahan, setidaknya membuat tidak berfungsi optimal, institusi manapun yang tidak antisipatif. Untuk itu patut direnungkan kata-kata CEO Nokia saat menyerahkan divisi handset andalannya kepada Microsoft, “Kami tidak melakukan kesalahan apapun, tiba-tiba kami kalah dan musnah”.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama