Mobil menjadi salah satu parameter teknologi suatu Negara. Sebuah negara yang sudah mampu memproduksi mobil buatan anak bangsa sendiri, maka negara tersebut bukan lagi dianggap negara yang tertinggal, terutama pada teknologi otomotifnya. Hal ini akan berimbas kepada perilaku penduduknya yang akan lebih menyukai penggunaan mobil buatan negara mereka sendiri, dibanding dengan mobil buatan negara lain.

Rencana untuk menjadi negara dengan teknologi otomotif yang maju memang sudah direncanakan oleh Indonesia. Namun setelah sekian lama, belum juga muncul perusahaan mobil anak bangsa yang berdiri dan mampu mengalahkan perusahaan otomotif yang sampai saat ini didominasi oleh perusahaan asal Jepang, Eropa, Korea ataupun China. Hal tersebut terlihat jelas apabila kita berkunjung ke salah satu museum teknologi kendaraan yang ada di Kota Batu Jawa Timur.

Telah sekian lama tempat rekreasi bergengsi di Kota Batu ini dengan bangga memajang kendaraan buatan luar negeri. Tidak terdapat satupun kendaraan buatan anak negeri yang dipajang dalam kondisi baik yang dapat membuat pengunjung kagum dan bangga karena anak bangsa mampu membuat mobil sendiri. Yang dapat dijumpai adalah mobil buatan dalam negeri (Tuxuci), yang dipajang  dalam kondisi yang rusak parah karena kecelakaan.

Penandatanganan Kerjasama oleh Dekan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya dan Direktur Operasional Museum Angkut Kota Batu

Namun kini masyarakat Indonesia dapat berbangga dengan adanya koleksi baru berupa mobil listrik buatan anak negeri yang tak kalah canggih bila dibanding dengan mobil-mobil buatan luar negeri yang dipajang di Museum Angkut. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi sejak ditandatanganinya kerjasama antara jajaran direksi Museum Angkut dengan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, Senin, 12 Februari 2018. Maka koleksi Museum Angkut-pun bertambah, berupa mobil listrik buatan mahasiswa Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang.

Mobil listrik yang diberi nama Aristo ev 1 dan Marsela 3 evo 1 ini terbuat dari fiber dan keflar yang mampu melaju di jalanan dengan sangat irit, yaitu Marsela 3 evo 1 dengan konsumsi listrik sebesar 144 km/kwh, serta Aristo ev 1 dengan konsumsi listrik sebesar 320 km/kwh. Konsumsi listrik yang sedemikian irit tersebut menempatkan mobil listrik tersebut menjadi mobil listrik teririt dengan urutan nomor 5 di Asia Pasifik.

Aristo ev 1 dan Marsela 3 evo 1, Mobil Buatan Mahasiswa Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang yang dipajang di Museum Angkut Kota Batu

Antusiasme dari kedua belah pihak terlihat dengan hadirnya Komisaris, Direktur Operasional, yaitu Endang M Shobirin, serta para staf dan karyawan Museum Angkut. Sedangkan dari pihak Universitas Brawijaya yang hadir adalah Dr. Pitojo Tri Juwono, ST., M.T sebagai Dekan Fakultas Teknik, Teguh Dwi Widodo ST, M. Eng. PhD selaku Sekretaris Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik UB, serta dosen dan mahasiswa yang dengan sabar menunggu waktu uji coba mobil listrik tersebut di dalam ruangan Museum Angkut.

Pemotongan Pita tanda bergabungnya mobil listrik buatan mahasiswa Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya oleh Sekretaris Jurusan Mesin FT UB, Dekan FT UB, Komisaris serta Direktur Operasional Museum Angkut Kota Batu

Acara penyerahan mobil listrik dilakukan oleh perwakilan Tim dari Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya, dilakukan secara simbolis dengan menyerahkan mobil Aristo ev 1 kepada Direktur Operasional Museum Angkut, Endang M Shobirin. Peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah penting bagi Universitas yang tahun lalu menjuarai Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) Ke-30 di Makassar tersebut.

Penyerahan Mobil Listrik dari perwakilan Tim APPATE 62 Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya kepada Direktur Operasional Museum Angkut Kota Batu.

Melalui penyerahan koleksi mobil karya Kampus ungggulan di Jawa Timur tersebut, membuncah harapan agar Pemerintah lebih serius dalam mempersiapkan pabrik mobil buatan anak bangsa sendiri. Arti simbolis dari peristiwa tersebut akan menambah kepercayaan diri anak bangsa untuk terus berkreasi, sehingga di masa mendatang jalan-jalan di Indonesia tidak lagi didominasi oleh kendaraan buatan luar negeri, ataupun buatan perusahaan asing di dalam negeri. Harapannya jalanan kita nantinya dipenuhi oleh kendaraan yang dirancang dan diproduksi oleh perusahaan yang sepenuhnya milik anak negeri sendiri.

Tulisan: Redi Bintarto, ST., M. Eng. Pract.

Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Malang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama