Jumlah pengangguran terbuka di Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik berjumlah 5,33% (BPS, Februari 2017). Diantara para pengangguran, jumlah pengangguran terdidik (diploma atau sarjana yang menganggur) lebih besar daripada pengangguran yang tidak terdidik. Hal ini bisa dipahami mengingat jumlah lulusan universitas per tahun kira-kira 655,012 orang dari 3000 universitas di Indonesia.
Beberapa faktor yang berkontribusi pada tingginya pengangguran diantara yang terdidik adalah sebab ketidaksesuaian (mismatch) antara perolehan pendidikan yang kompeten, pekerjaan yang tersedia dan kualitas yang dihasilkan dari sumber daya manusia.
Berdasar dari permasalahan inilah, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti) menyelenggarakan “Lokakarya Nasional Perguruan Tinggi mengenai Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Kewirausahaan, Pusat Pengembangan Karir (CDC), Mata Kuliah Kewirausahaan, dan Program Kewirausahaan bagi Mahasiswa Bidikmisi”.
Acara lokakarya yang dileselenggaran dua hari (14-15/2) di hotel Century Park, Senayan Jakarta ini atas kerjasama Kemenristekdikti dan USAID.
Salah satu pemateri lokakarya adalah DR Indra Uno. Selain sebagai dosen Universitas Indonesia (UI), Indra Uno juga praktisi wirausaha. Salah satu ide wirausaha yang sukses dan masif darinya adalah program One Kecamatan, One Center of Entrepreneurship (OK OC).
“Pemerintah dan industri atau swasta terbatas mengangkat tenaga kerja. Harus ada jalan lain sebagai alternatif yang masif bagaimana menyelesaikan masalah itu”, paparannya mengawali presentasinya.
“OK OC kami desain karena berbasis komunitas, dengan basis komunitas maka akan memperbesar peluang kesuksesan. Berbekal dari, oleh dan untuk komunitas akan menjadi awal wirausaha itu bisa bergulir”, tambahnya.
Sebelum mengakhiri pemaparannya, kakak dari wakil gubernur DKI ini menekankan kunci pendidikan kewirausahaan. “Kunci pendidikan kewirausahaan itu sederhana tapi butuh kesabaran, yaitu pembinaan dan pendampingan sepanjang masa”. (FA)