Sebaiknya setiap orang yang ingin menjadi figur seorang shaleh, ia harus selalu belajar bicara jujur, tidak berbohong, tidak membual dan tidak menyebarkan cerita fiktif yang berstatus hoax, karena sepandai-pandai menutupi bangkai, suatu saat akan terungkap juga.
Setiap orang yang berbicara, baik sedang berceramah, atau bercerita, entah dimana dan kapan saja, atau menulis berita media baik yang dicetak maupun dunia maya, maka jangan sekali-sekali membangun image dengan kebohongan serta ketidakjujuran, atau sengaja memberi keterangan palsu, seperti melontarkan data tentang pihak lain yang tidak valid, mengarang cerita fiktif yang tidak pernah terjadi, atau mengemas suatu peristiwa kecil dengan segudang bumbu sebagai vareasi kebohongan, walaupun dikemas secara menarik seakan-akan dianggap oleh para pembacanya adalah suatu kebenaran hakiki, padahal termasuk berita hoax.
Karena penipuan dan kebohongan publik semacam itu adalah dosa yang tidak ringan di hadapan Allah, dan termasuk bentuk kedustaan, apalagi jika kebohongan demi kebohongan itu dipercaya oleh masyarakat awwam dan mudah tersebarluas di kalangan orang-orang yang bodoh agama, para pendengki maupun orang-orang yang sedang mempunyai kepentingan duniawi.
Tentunya kebohongan yang dapat membahayakan akhiratnya itu tidak akan dilakukan kecuali oleh tiga golongan yaitu dari kaum fasiq (ahli maksiat), kaum munafiq liberal atau kaum kafir.
عَنْ اَبــِى بَكْرٍ الصِّدِّيـْقِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم: عَلَـيْكُمْ بِـالصِّدْقِ، فَاِنــَّهُ مَعَ اْلبِرِّ وَ هُمَا فِى اْلجَنَّةِ. وَ اِيـَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ، فَاِنــَّهُ مَعَ اْلفُجُوْرِ وَ هُمَا فِى النـَّارِ. ابن حبان فى صحيحه
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda : “Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka”. [HR. Ibnu Hibban di dalam Shahihnya]
Kebohongan yang dipelihara itu bukannya menambah tinggi martabat seseorang, tapi justru akan merontokkan marwah dirinya baik di hadapan masyarakat, apalagi di hadapan Allah.
عَنِ ابـْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: عَلَـيْكُمْ بِـالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَـهْدِى اِلىَ اْلبِرِّ وَ اْلبِرُّ يَـهْدِى اِلىَ اْلجَنَّةِ. وَ مَا يَزَالُ الـرَّجُلُ يَصْدُقُ وَ يَـتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْـتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيـْقًا. وَ اِيـَّاكُمْ وَ اْلكَذِبَ فَاِنَّ اْلكَذِبَ يَـهْدِى اِلىَ اْلفُجُوْرِ وَ اْلفُجُوْرُ يَـهْدِى اِلىَ النَّارِ. وَ مَا يَزَالُ اْلعَبْدُ يَكْذِبُ وَ يَـتَحَرَّى اْلكَذِبَ حَتَّى يُكْـتَبَ عِنْدَ اللهِ كَـذَّابـًا. البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى و صححه و اللفظ له
Dari Ibnu Mas’ud RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Wajib atasmu berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Dan terus-menerus seseorang berlaku jujur dan memilih kejujuran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kedurhakaan, dan durhaka itu membawa ke neraka. Dan terus menerus seorang hamba itu berdusta dan memilih yang dusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud serta Tirmidzi dan menshahihkannya]
Jika seseorang sudah berani berbohong, maka sekali berbohong akan susah untuk disembuhkan. Apalagi jika sifat kebohongannya itu sudah mewatak.
Biasanya kelompok seperti ini sudah tidak ada lagi rasa takut kepada Allah, mereka berani melakukan kedustaan berdasarkan rasa iri dan dengki, hingga merasa puas jika dapat melontarkan cerita fiktif dengan menggunakan data-data hoax pula.
Adapun tujuan utamanya biasanya hanya ingin memuaskan nafsu syahwatnya demi sebuah ketenaran di kalangan awwam.
عَنْ عُبَادَةَ بـْنِ الصَّامِتِ اَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: اِضْمَنُوْا لىِ سِتًّا مِنْ اَنـْفُسِكُمْ، اَضْمَنْ لَكُمُ اْلجَنَّةَ. اُصْدُقُوْا اِذَا حَدَّثْـتُمْ، وَ اَوْفُوْا اِذَا وَعَدْتُمْ، وَ اَدُّوْا اِذَا ائْـتُمِنْـتُمْ، وَ احْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ، وَ غُضُّوْا اَبـْصَارَكُمْ، وَ كُـفُّـوْا اَيـْدِيـَكُمْ. احمد و ابن ابى الدنيا و ابن حبان فى صحيحه و الحاكم و البيهقى
Dari Ubadah bin Shamit RA sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “Hendaklah kalian menjamin padaku enam perkara dari dirimu, niscaya aku menjamin surga bagimu :
1. Jujurlah apabila kamu berbicara.
2. Sempurnakanlah (janjimu) apabila kamu berjanji.
3. Tunaikanlah apabila kamu diberi amanat.
4. Jagalah kemaluanmu.
5. Tundukkanlah pandanganmu (dari ma’siat)
6. Tahanlah tanganmu (dari hal yang tidak baik)”. [HR. Ahmad, Ibnu Abid-Dunya, Ibnu Hibban, Hakim dan Baihaqi].
Berbeda dengan orang yang selalu berbuat jujur, menjunjung tinggi sportifitas, berjalan di atas rel syariat agama, dan menjauhi sifat dusta, maka Allah yang akan mengangkat derajat dirinya baik di dunia terlebih di akhirat.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بـْنِ عَمْرٍو اَنَّ رَجُلاً جَاءَ اِلىَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: يـَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا عَمَلُ اْلجَنَّةِ؟ قَالَ: اَلصِّدْقُ. اِذَا صَدَقَ الْعَبْدُ بَرَّ، وَ اِذَا بَرَّ آمَنَ، وَ اِذَا آمَنَ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. قَالَ: يـَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا عَمَلُ النَّارِ؟ قَالَ: َالْكَذِبُ، اِذَا كَـذَبَ اْلعَبْدُ فَجَرَ، وَ اِذَا فَجَرَ كَـفَرَ، وَ اِذَا كَـفَرَ يَعْنِى دَخَلَ النـَّارَ. احمد
Dari Abdullah bin ‘Amr RA ia berkata: Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya: “Ya Rasulullah, apakah amalan surga itu ?”
Rasulullah SAW bersabda: “(Amalan surga itu ialah) jujur. Apabila seorang hamba itu jujur berarti dia itu baik, apabila baik dia beriman dan apabila dia beriman maka dia masuk surga”.
Orang itu bertanya lagi: “Ya Rasulullah, apakah amalan neraka itu ?”
Rasulullah SAW bersabda: “(Amalan neraka itu ialah) dusta. Apabila seorang hamba itu berdusta berarti dia durhaka, apabila durhaka dia kafir dan apabila kafir maka dia masuk neraka”. [HR. Ahmad].
(Penulis dipercaya sebagai Ketua Umum/Pengurus Pesantren Ilmu Alquran, Singosari Malang sejak th 1991 hingga sekarang, dan dipercaya sebagai Pengurus Komisi Hukum & Fatwa MUI Malang sejak th 2005 hingga saat ini).